E M P A T P U L U H E M P A T

171 28 14
                                    

• KELABU •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• KELABU •

Ruangan serba putih terasa hening. Flea berdiri tak jauh dari brankar Ares. Kini, dokter sedang membuka perban yang melilit sepasang mata Ares dengan hati-hati.

Ares tampak menahan senyumnya berkali-kali. Lelaki itu rupanya sudah tak sabar untuk melihat dunia lagi.

Perban yang melilit sepasang mata Ares sudah terbuka sempurna. Ares masih memejamkan matanya belum berani membuka.

"Ares, coba pelan-pelan buka mata kamu." Instruksi dokter dengan lembut.

Ares merapalkan doa. Sesuai instruksi, Ares membuka sepasang matanya dengan pelan. Cahaya disekitar menyambutnya. Mula-mula, semuanya terlihat buram dan tidak jelas.

Ares bahkan tidak tahu siapa saja yang berada didekatnya. Namun, lambat laun semua kembali terasa normal.

Semuanya terlihat jelas. Penglihatan Ares sudah kembali seperti biasanya.

Ares tak dapat lagi menyembunyikan rasa bahagianya. Begitu juga dengan Flea. Flea berlari menghampiri Ares dan memeluk Ares erat. Mereka saling berpelukan mencurahkan rasa syukur dan bahagia.

"Gue bisa liat lo lagi, Fle." Bisik Ares. Flea mengangguk. Flea menangis penuh haru.

Ares menangkupkan tangannya di kedua pipi Flea. Senyumnya terus melengkung tanpa henti. Ares kembali menenggelamkan Flea ke dalam pelukannya.

Di sisi lain, mereka semua yang ada disana juga turut bahagia.

Bara merangkul Marzel yang tersenyum tanpa henti. Begitu pula dengan anak-anak geng SMALA yang juga turut berbahagia melihat operasi ketua mereka berhasil.

Zean dan Fernan masuk ke dalam ruangan. Mereka berdiri disebelah brankar Ares. Zean tersenyum lebar.

"Gue siapa, Res?" Tanya Zean tentunya bercanda.

Ares tertawa ringan, "Tanpa liat, gue udah hafal banget suara lo." Balas Ares sambil meninju pelan lengan atas Zean.

Zean tertawa menanggapinya.

"Mewakili anak-anak yang lain, kita lega lo udah kembali seperti semula. Maaf kita nggak bisa ngasih apa-apa." Ucap Fernan sambil menyalami Ares ala lelaki.

Ares tersenyum, "Thanks. Support dari kalian udah lebih dari cukup." Balas Ares tulus.

Kini, giliran Marzel yang melangkah maju. Marzel memeluk putranya erat.

"Daddy lega kalau kamu sudah bisa melihat." Ujar Marzel sambil mengelus rambut Ares.

Ares mengangguk, "Iya, dad. Makasih untuk semuanya. Ini semua berkat daddy juga. Makasih juga karena udah restui hubungan Ares dan Flea." Tutur Ares tulus.

Mendengar ucapan Ares, Marzel tak menjawabnya. Marzel hanya tersenyum tipis.

•••

BULLY : Undesirable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang