[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flea dan Ares berjalan mengikuti Reina. Keduanya berjalan beriringan dengan tangan yang saling bertautan.
"Kenalin dek. Ini Fero, calon suami kakak." Kata Reina sambil mengenalkan sosok lelaki jangkung yang tampaknya sudah berkepala tiga. Diusianya yang cukup dewasa, Reina memang belum menikah. Dan hari ini, kakak dari Flea itu mulai merencanakan pernikahan.
Dulu, Reina sangat mengejar-ngejar lelaki. Namun sayangnya, lelaki itu sudah memiliki pasangan. Reina dibutakan cinta. Apapun pasti Reina lakukan untuk mendapatkan lelaki yang dicintainya. Namun, kisah Reina berakhir tragis. Reina menjadi kejaran polisi dan berakhirlah Reina depresi.
Reina dibawa ke luar negeri dan melakukan pengobatan disana. Setelah 10 tahun dirawat, Reina baru dinyatakan sembuh total. Reina tak merasakan jatuh cinta lagi. Reina masih terpuruk. Wanita itu hidup dalam sepi dan menyibukan diri dengan apa yang ia minati.
7 tahun berikutnya Reina melanjutkan kuliahnya di luar negeri. Saat itu Reina bertemu dengan Fero dan kembali merasakan jatuh cinta.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flea tersenyum ramah pada lelaki yang dikenalkan kakaknya. Fero juga menyambut Flea tak kalah ramah. Mereka saling berjabat tangan tanda perkenalan.
"Alfero." Kata Fero sambil tersenyum tipis pada calon adik iparnya.
"Aku Flea dan Ini sahabat aku Ares." Kata Flea mengenalkan diri. Fero mengangguk mengiyakan. Sepertinya, Fero tipe cowok pendiam yang tak suka banyak berbicara.
Mereka semua kembali duduk ditempatnya masing-masing. Begitu juga dengan Ares dan Flea yang ikut duduk. Ares duduk disebelah Flea sambil menggenggam erat tangan gadis itu. Tangan Flea terasa dingin membuat Ares semakin mempererat genggamannya. Wajah Flea pucat, bibirnya juga memutih. Namun sama sekali belum ada yang menyadarinya--ralat mungkin sudah ada tapi tak peduli.
Fiona memerhatikan Flea dengan terang-terangan. Wanita itu tersenyum miring dan tertawa didalam hatinya.
"Dek, kenapa wajah kamu banyak lebam? Kamu berantem?" Tanya Reina cemas. Reina baru saja menyadari luka dan lebam yang terdapat di wajah Flea. Reina mendekati adiknya dan mengelus surai lembut Flea khawatir.