[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• PENGORBANAN •
Freya tak sengaja tertidur dalam posisi duduk. Kedua tangannya mengenggam erat tangan Zaenal yang bebas dari infus.
Sepasang mata itu perlahan membuka. Penglihatannya tampak masih sedikit buram. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya disekitar. Akhirnya, Zaenal sadar dari tidur panjangnya.
"ARRGHHH..!!!"
Zaenal meringis merasakan kepalanya yang terasa sangat sakit. Semuanya terasa nyeri dan sakit yang semakin menjadi-jadi.
Freya yang sedang tertidur pulas sontak terkejut. Sepasang matanya membulat melihat Zaenal yang sudah sadar namun tampak kesakitan memegangi kepalanya dengan erat.
Freya panik, "Astaga, Ta! Lo udah sadar?" Tanya Freya sambil menyentuh tangan Zaenal khawatir.
Zaenal tak bereaksi apapun. Lelaki itu terus mengerang sambil memegangi kepalanya.
"AARRGGGHH...!!!"
Zaenal mengerang tak henti-hentinya membuat Freya semakin panik saja.
"Lo tenang ya, gue panggilin dokter." Ucap Freya cepat.
Belum sempat Freya pergi, tangan kirinya sudah di tahan oleh Zaenal. Zaenal tak menginginkan Freya pergi meninggalkannya.
"J-J.. Jangan." Kata Zaenal dengan lirih. Lelaki itu masih terlihat sangat kesakitan.
Freya menjambak rambutnya sendiri frustasi, "Terus gue harus apa? Gue nggak tahu harus gimana, Ta." Balas Freya sambil berkaca-kaca.
Freya benci seperti ini. Freya tak suka jika ia tak dapat melakukan apa-apa disaat orang yang disayanginya membutuhkan pertolongan.
"Gue harus apa, Atta?" Bisik Freya dengan air mata yang sudah luruh.
Zaenal masih meremas kepalanya dengan erat. Lelaki itu menggeleng.
"Dis-Disini aj-aja. G-Gue ngg-nggak k-u--kuat." Kata Zaenal susah payah. Zaenal kini sudah menggenggam kedua tangan Freya dengan erat seolah melampiaskan rasa sakitnya.
"G-Gue sa-sa-yangg s-sama l-lo." Lanjutnya sedikit terbata-bata. Zaenal menatap Freya teduh menyiratkan rasa cintanya yang dalam.
"Atta, gue rasa ini--"
"F-Fre, k-kalau g-gue mm-mati.. ma-mata i-ni.. bu-at Ar-Ares." Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Zaenal mengatakan itu begitu mudahnya seperti Zaenal memang sudah merencanakannya.
Freya bahkan sudah membalas genggaman tangan Zaenal dengan erat. Freya menggelengkan kepalanya tak terima.
"Lo harus sembuh." Bisik Freya putus asa.
"Fre, sampein ma-maaf gue ke yang la-lain. Uhuk.. J-Jadikan i-ini raha-sia." Pinta Zaenal masih terbata-bata.
Freya terisak. Zaenal tersenyum tipis menghadapinya. Lelaki itu memejamkan matanya perlahan, "G-Gue sayang sama lo." Ujarnya sekali lagi sebelum mata Zaenal itu terpejam selama-lamanya.