• IKATAN HATI •
Ares mengunyah permen karet di mulutnya. Lelaki itu mempertahankan posisi jalan sok cool-nya. Ares berjalan disekitar halte SNARA. Entahlah rasanya Ares ingin berjalan ke sekitar sini. Sebelum itu, ia sempat memarkirkan motor sport-nya di Supermarket terdekat. Ares memakai kaos hitam dengan celana abu sekolahnya.
Di lain sisi, Flea berjalan kaki dengan cepat. Nafas gadis itu memburu tak beraturan menandakan Flea sedang cemas. Gadis itu sengaja menghindar dari Vino yang sedari tadi mengejarnya. Flea tak mengerti apa maksud Vino. Yang jelas Vino berubah 360° dari biasanya. Vino yang kerap berkata manis, entah kenapa berubah menyeramkan bagi Flea.Tadi saja, Vino sempat mencegat Flea sebelum keluar dari kelas. Vino menggebrak pintu kelas dengan angkuhnya. Untung saja, Flea mampu melarikan diri.
"Mau kemana lo, Fle?" Tanya Vino dengan senyum smriknya. Vino berhasil membuat Flea terpojok di beteng luar SNARA hingga gadis itu tak bisa bergerak lagi. Flea memepetkan badannya ke beteng. Sepasang matanya menatap Vino waspada.
"Mau kamu apa sih, kak? Aku nggak tahu apa-apa!" Ujar Flea setengah ketakutan.
Vino memajukan langkah. Lelaki itu mengunci Flea disana, "Lo udah nggak guna gue deketin. Lo udah nggak jadi bagian terpenting Ares. Tapi sebelum gue lepas, lo harus kasih tau kelemahan Ares!" Paksa Vino tajam.
Lidah Flea terasa kelu. Satu kesimpulan sudah dapat Flea ambil. Selama ini, Vino tak tulus berteman dengannya. Vino hanya berpura-pura dan memakai topengnya untuk mengorek informasi tentang Ares dari mulut Flea sendiri.
Flea memejamkan mata. Tubuhnya bergetar hebat karena takut. Berteriak-pun untuk apa? Tak ada yang peduli dengannya.
Menyaksikan ketakutan Flea, Vino menyeringai.
"Ares udah nggak peduli sama lo. Harusnya lo juga nggak peduli sama dia.." ujar Vino dengan intonasi suara rendah.
Flea menggelengkan kepalanya. Flea tak ingin terpengaruh ucapan Vino, "A-Aku nggak tahu apa-apa tentang Ares." Balas Flea membuat Vino menggeram.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLY : Undesirable [END]
Teen Fiction[COMPLETED] Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti. Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...