D U A

473 50 20
                                    

	●DIA YANG MEMBAWA PETAKA●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●DIA YANG MEMBAWA PETAKA●


WAROENG NASI BABA atau WASIBA menjadi  tempat perkumpulan atau lebih tepatnya tempat bolos sekolah untuk anak-anak geng tempur SMALA. Letaknya begitu strategis membuat banyak anak SMALA kerap mampir meski hanya untuk nongkrong dan membeli minum.

Hari ini, siang begitu cerah. Matahari bersinar begitu terik. Setelah membantu Flea masuk melalui beteng belakang SNARA, Ares memutuskan nongkrong dengan beberapa teman segengnya di WASIBA.

Pokokna mah maneh gila, res. Masa iya maneh malah main-main ka kandangna musuh. Nekat namanya.” Ucap Zaenal dengan logat campurannya. Ia menasehati Ares sambil sesekali menyesap rokok ditangannya.

{Translate: Pokoknya kamu gila, res. Masa iya kamu malah main-main ke kandangnya musuh. Nekat Namanya}

“Gak peduli gue, yang penting gue bisa bantu Flea. Gak salah-kan?” kata Ares kesal. Ia terus merasa terhakimi sejak menginjakkan kakinya disini. Kalau begini namanya, Ketua geng dihakimi secara massal oleh anggotanya sendiri. Gak Etis.

“Saya paham, res. Tapi SNARA jeung SMALA teh teu bisa akur. Saya mah cuma ngingetinlah. Mun SNARA ngalawan enya kudu dibales tapi arurang ulah neangan gara-gara tiheula.”

{Translate: Saya paham,res. Tapi SNARA sama SMALA itu gak bisa akur. Saya cuma ngingetin. Kalau SNARA ngelawan iya harus dibales tapi kita-kita jangan cari gara-gara duluan}

“Gue sebagai ketua geng SMALA paham tentang itu, nal. Gue cuma mau bantuin sahabat gue aja gak lebih. Thanks ya, bro udah ngingetin.” Jawab Ares sambil meninju pelan bahu Zaenal sementara Zaenal hanya tertawa menanggapi.

“Bos, emang bos suka ya sama Flea? Saya rasa gitu.” Tanya Mike sambil memainkan kunci motor ditangannya. Ares menggeleng kemudian meminum kopi yang sudah dipesannya.

Ares tampak mengalihkan pandangannya ke langit. Kalau ditanya seperti itu, Ares rasa Ares selalu tak mengerti dengan perasaannya. Terkadang Ares merasa, Ia menyukai Flea namun hal itu segera ditepisnya mengingat ada sekat diantara mereka berdua. Persahabatan.

Ting!
Suara notifikasi di ponsel Ares membuat cowok itu segera mengambil ponsel hitam disaku celana abunya.

Ares mengernyit heran ketika nama Sisca muncul di notifikasi paling atas. Pasalnya, jarang sekali cewek ini menghubunginya jika tidak benar-benar penting. Ares segera membuka chatnya.

SISCA
Res, sorry gue ganggu lo. Masalahnya gue gak tau harus hubungi siapa lagi. Jadi gini, gue langsung to the point aja ya? Tadi Flea telfon gue, dia minta tolong sama gue. Suaranya kaya lemes gitu terus akhirnya telfonnya mati. Gue belum tahu lokasinya, res. Lo bisa bantu gue? Please..

BULLY : Undesirable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang