[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• AWAL PERJUANGAN •
Flashback On Ares menyalakan klakson mobil miliknya beberapa kali. Setelah itu, ia memilih keluar dari mobil. Cowok itu menyandarkan tubuhnya di badan mobil menunggu Flea keluar dari rumah. Rencananya, Ares akan mengajak Flea untuk berangkat bersama.
Tepat saat itu, sebuah motor juga berhenti tak jauh dari mobil Ares.
Sangga, Cowok berkemeja kotak-kotak itu turun dari motor sportnya yang ditumpanginya. Sangga membonceng ibu hamil yang tampak kesulitan membuka helm.
"Kak Reina?" Sapa Ares setengah terkejut. Ares sama sekali tak tahu jika Reina sudah menikah dan kini sedang mengandung.
Reina tersenyum tipis. Wanita yang kini terlihat lebih berisi itu menghampiri Ares dan ikut bersandar di badan mobil.
"Long time no see, Ares." Sapa Reina ramah.
Ares menganggukkan kepalanya kaku, "Gue nggak nyangka kalau lo udah nikah, kak." kata Ares mengawali pembicaraan. Sayangnya, Reina hanya tersenyum membalasnya.
"Gue kira lo nyerah ternyata cuma istirahat." ucap Reina mengalihkan pembicaraan.
"Sebenernya kalau lo mau deket sama Flea, caranya gampang kok. Lo tinggal hancurin perjanjian yang dibuat Leyna." lanjutnya membuat Ares berpikir keras. Ares memang pernah mendengar tentang surat perjanjian itu tetapi ia tak pernah mencari tahu lebih lanjut.
Reina menyeringai. Reina sudah menduga jika semuanya akan sedikit sulit, "Gue nggak peduli. Gue cuma kasih info apa yang harus lo tahu." tutur Reina terdengar ketus.
Setelah mengatakan itu, Reina melangkah mendekati Sangga.
Sangga menyodorkan helm ke Reina tetapi Reina menolaknya.
"Lo disini aja. Gue bisa pulang naik taksi." tolak Reina.
"tapi kak--"
"Bye, Ares. Bye, Sangga." potong Reina tak ingin mendengarkan protesan Sangga. Reina melangkah lebih cepat.
"Hati-hati, kak." kata Ares yang dibalas angkatan jempol Reina. Setelahnya, Reina menghilang di tikungan.
"Sebenernya nggak ada gunanya lo deketin Flea lagi. Jalan kalian terlalu sulit." Komentar Sangga membuat Ares menoleh.
Raut wajah Sangga itu tak terlihat bersahabat. Rautnya sama persis ketika sekolah mereka dulu masih saling bermusuhan.
Ares bersedekap. Cowok itu masih menatap Sangga dengan kebingungannya.
"Maksud lo apa?" Tanya Ares masih santai.
"Lo nggak perlu repot-repot lakuin kayak gitu. Cari cewek lain apa susahnya sih? Lo sama Flea nggak akan pernah bisa bersatu." lanjut Sangga dingin.