E X T R A P A R T #3

166 23 23
                                        

9 bulan kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9 bulan kemudian..

Perut Flea sudah kian membesar. Berdasarkan perkiraan bidan, minggu ini Flea harusnya sudah melahirkan.

Flea meluruskan kakinya disebuah sofa panjang. Di sebelahnya, toples berisi cemilan sudah tersisa setengah. Akhir-akhir ini Flea memang doyan memakan cemilan.

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore namun Ares belum juga pulang. Setelah pulang kuliah, Ares langsung berangkat ke perusahaan milik daddynya. Sedikit demi sedikit Ares belajar mengurus perusahaan.

Flea mendengus kesal. Ia merasa bosan. Seharian ini ia sendirian dan tidak ada yang bisa diajaknya berbicara. Jika bosan, Flea hanya berbicara pada bayi di perutnya.

"Ayah lama banget ya, nak." Gumam Flea mengelus perutnya dengan lembut.

Flea bangun dari duduknya untuk mengambil minum. Tetapi baru saja melangkah, perut Flea tiba-tiba sakit.

"Akhh.." Flea meringis sambil memegangi perutnya. Ia jatuh dengan posisi terduduk.

"TOLONG!!!" Teriak Flea sekeras mungkin ketika sakit diperutnya semakin menjadi. Satu yang Flea pikirkan sekarang, Flea ingin Ares berada disini.

Pintu kamar apartment dibuka dari luar. Perhatian Flea teralihkan pada Ares yang baru saja pulang. Wajah cowok itu tampak lelah.

"A-Ares, tolong!!!" Teriak Flea setengah menjerit. Flea tak kuat menahan sakit yang semakin menjadi.

Ares refleks menoleh. Raut wajah lelahnya berubah menjadi cemas. Ares berlari menghampiri Flea yang terduduk di lantai.

"Kamu kenapa?" Tanya Ares panik melihat wajah Flea semakin pucat.

Flea memejamkan matanya, "S-Sakit.." jawab Flea seperti hendak menangis.

Ares langsung menggendong Flea ala bridal style. Cowok itu  menggendong Flea sambil berlari keluar dari apartment-nya.

"Sabar ya." bisik Ares berusaha menguatkan.

Ares turun ke lantai dasar menggunakan lift. Flea beberapa kali meremas rambut Ares kala sakitnya semakin menjadi.

Beberapa orang memerhatikan tetapi Ares tak peduli. Ares berlari menuju parkiran tempat dimana mobilnya terparkir.

Ares mendudukan Flea di kursi sebelah kemudi. Setelah itu, Ares berlari memutar untuk masuk ke dalam kursi pemudi.

Ares menjalankan mobilnya cukup kencang. Ia mengemudi diatas rata-rata. Ares panik karena tangan dingin Flea yang terus meremas tangannya ketika istrinya itu merasa kesakitan.

"Tahan, sayang. Sebentar lagi." Ares sebisa mungkin bersikap agar Flea tenang.

Flea menggigit bibir bawahnya. Air matanya menetes menahan rasa sakit.

BULLY : Undesirable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang