[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• PENGKHIANAT SESUNGGUHNYA •
Langit sudah mulai gelap namun Ares masih betah berendam di dalam kolam renang. Tidak hanya Ares, ada juga Irish dan Evita yang juga masih asyik berselfie ria ditepi kolam.
"Bang Ar, lo seriusan mau dijodohin? Terus rencana lo ke luar negeri gimana?" Tanya Evita kepo.
Ares yang sedang menahan nafas didalam air sontak menyembul ke permukaan. Ares mengusap wajahnya yang basah.
"Iya, gue nggak tahu bakal gimana. Mungkin sekarang rencana itu bakal ditentang sama daddy." Cerita Ares.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ares tersenyum getir. Lelaki itu bersidekap di tepi kolam, "Katanya pertunangan gue bakal dilaksanain dalam waktu dekat. Gue rasa, ini cara daddy jauhin gue dari Flea." Ujar Ares tak terlalu keras. Terdengar nada tak suka dan kecewa dari suaranya.
"Anjir.. lo dah mau kawin?" Pekik Irish terkejut dan tak mengerti situasi.
"Ares cuma tunangan, Irish." Sahut Marzel yang tiba-tiba datang.
Melihat kehadiran opa-nya, Irish menyengir canggung, "Eh--opa." Sapanya.
Marzel duduk ditengah kedua cucu perempuannya. Sementara Ares masih asyik berenang. Setidaknya, hanya dengan berenang pikirannya jauh lebih tenang.
"Ares dan Maudy nantinya akan jadi pasangan yang cocok. Mereka sama-sama suka berenang."
"Apa hobi yang sama bisa bikin bang Ares bahagia? Jelas enggak, pa. Evita tahu kalau bang Ares punya cinta sendiri yang ingin dia perjuangkan." Kata Evita kemudian berlalu pergi.
Marzel termenung. Tak lama kemudian, lelaki paruh baya itu tertawa sendu.
"Kamu bahagia?" Tanya Marzel pada Ares yang kini sudah diam terduduk di tepi kolam.
Ares masih belum bersuara. Lidahnya kelu untuk sekedar berucap. Ares malah melirik Irish yang tampak canggung berada ditengah-tengah mereka.
"Ares--" Ares menggelengkan kepalanya. Ia mengatai Flea munafik karena tak pernah jujur akan perasaannya, tak mungkin juga jika Ares akan mengatakan hal yang sama?