[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• PENGAKUAN SANGGA •
Ares duduk sendirian di sudut kantin. Cowok beralmet biru itu tampak sibuk mengetikkan proposal BEM di laptopnya. Ares sendirian. Alisnya nampak berkerut beberapa kali. Ares memakai kacamata bulat. Kacamata itu membuat kesan serius semakin menguar dari wajahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Waktu terus berjalan. Detik demi detik berlalu. Awalnya kantin memang terasa sepi, namun semakin siang banyak mahasiswa dan mahasiswi yang memasuki kantin.
Ares menghela nafas frustasi. Konsentrasinya pada proposal buyar begitu saja karena situasi yang mendadak ramai.
Untuk menyegarkan pikiran, Cowok itu meminum minuman yang telah dipesannya.
"Mau gue bantuin nggak?" Tanya Dea yang datang tiba-tiba. Dea langsung duduk di kursi sambil melingkarkan syal dilehernya.
Gadis dengan almet yang sama dengan Ares itu duduk disamping Ares sambil menikmati minuman kemasan.
"Itu kayaknya salah deh, Ar." Ucap Dea sambil mendekatkan wajahnya ke laptop Ares. Dea menunjuk salah satu area yang menurutnya salah.
Tanpa diminta, Dea mengoreksi proposal itu begitu saja. Dea menghapus lalu kembali mengetikkan beberapa baris kata yang menurutnya benar.
"Gimana menurut lo?" Tanya Dea sambil tersenyum bangga.
Ares membaca ulang proposal di laptopnya. Cowok itu menganggukan kepala puas.
"Oh, iya.. bener gitu." kata Ares setelah membaca ulang proposal yang telah di koreksi Dea.
Dea tersenyum hangat. Gadis itu tampak menyembunyikan rasa senangnya.
"Lo pasti capek ya, Ar? Gue beliin minum mau?" Tanya Dea perhatian. Perhatian yang diberikan gadis itu tak seperti biasanya. Dea bertingkah jauh lebih manis.
Ares menatap Dea dengan aneh, "Lo sakit ya?" Tanya Ares sambil menempelkan telapak tangannya di dahi Dea. Perilaku Ares itu mampu membuat Dea mencebik.