[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• HATI YANG HANCUR •
Ares melenggang santai memasuki mansion. Jaketnya ia sampirkan di bahu. Wajahnya penuh luka lebam namun Ares seolah merasa baik-baik saja.
Ares menemukan daddynya sedang telfonan entah dengan siapa di ruang tengah. Ares mengernyit heran, wajah Marzel tampak sangat sumringah.
Entah apa yang sedang dibicarakan namun Marzel mengangkat tangannya pada Ares menandakan agar Ares berhenti sebentar.
Ares menurut saja. Ares duduk di sofa ruang tengah sambil mencomot cemilan di mejanya. Beberapa menit kemudian, Marzel telah selesai berbicara dengan lawan bicaranya.
"Siapa, dad? Daddy keliatan seneng banget. Jangan-jangan, daddy lagi cari mommy baru?" Tuding Ares dengan tatapan menyelidik.
Marzel tergelak. Marzel menggeleng dengan keras.
"Nggaklah, gini-gini daddy setia. Cukup satu sampai mati. Daddy cuma cinta sama mommy kamu, Ar." Ujar Marzel blak-blakan membuat Ares tertawa renyah. Ares kembali mengambil keripik dari toplesnya.
"Nanti malem ikut Daddy, ya." Pinta Marzel tiba-tiba.
"Makan malam sama teman bisnis daddy." Sahut Marzel membuat Ares menggeleng.
"Nggak ah. Pasti boring banget. Kalian pasti bicaranya nggak jauh-jauh dari uang dan saham." Tolak Ares dengan nada sedikit sebal.
"Bukan tentang itu. Daddy nggak mau tahu. Jam 7 malam harus sudah siap. Kalau nggak, daddy potong uang jajan kamu." Ancam Marzel mutlak. Keputusan Marzel tak dapat diganggu gugat.
Sebelum Ares sempat buka suara, Bara datang dengan setelan kerjanya. Kakak ipar Ares itu sepertinya baru saja pulang kerja.
"Dad, aku mau ngomong sama Daddy." Ujar Bara tiba-tiba.
Marzel menganggukan kepalanya, "Ini kamu sudah ngomong-kan?" Tanya Marzel membuat Bara menghela nafas.
"Aku cuma mau ngomong berdua." Ujar Bara terang-terangan. Secara halus, Ares merasa kakak iparnya itu tengah mengusirnya.
Ares mendengus. Ares menatap Bara sinis sebelum lelaki itu berjalan kearah kamar mansionnya.
Kini hanya tersisa Bara dan Marzel di ruang tengah. Marzel hanya diam dengan tenang menunggu Bara berbicara.
"Dad, aku tahu rencana daddy." Ujar Bara membuka suara. Marzel tampak tak terkejut, Marzel malah melebarkan senyumnya.
"Oh, ide bagus bukan?" Tanya Marzel yang menanggapi santai ucapan Bara.