L I M A P U L U H S A T U

180 25 11
                                        

• BERJARAK •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• BERJARAK •

Ares membeku. Suara yang didengarnya jelas sekali jika itu suara Flea. Ardana memasang wajah curiga. Dengan inisiatifnya, cowok itu duluan berbicara.

"Hallo, ini siapa?" Tanya Ardana membuat Ares membelalak. Ares mengkode Ardana sambil menempelkan jari telunjuknya di bibir menyuruh cowok itu diam.

[......]

Hening beberapa saat. Tak ada sahutan dari sana. Helaan nafas panjang terdengar.

"Ares.." suara lirih itu terdengar. Sepertinya, itu hanya gumaman. Ares dan Ardana berpandangan. Ares merebut ponsel Ardana dari tangannya.

"Lo salah nomor." ucap Ares lalu mengakhiri sambungan telepon itu dengan cepat.

Ares menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Ardana masih menatap Ares penasaran.

"Dia cewek yang lo maksud?" Tanya Ardana.

Ares menganggukkan kepalanya, "Gue belum siap buat ngobrol lagi sama mereka. Gue udah denger semuanya dari Evita."

"Hah?" Tanya Ardana tak paham.

"Evita udah cerita kalau kejadian itu direncanakan daddy tapi menurut gue daddy justru nggak salah. Daddy cuma bantuin gue biar tahu apa yang terjadi sebenarnya." kata Ares memperjelas maksudnya.

"Zaenal.. dia sahabat gue. Sahabat macam apa yang nggak tahu kalau sahabatnya meninggal? mata yang gue dapat juga mata dia, Dan." Tutur Ares dengan nanar.

Ares menunduk sejenak. Ardana diam tak berkomentar. Ini bukan waktunya bercanda.

"Mereka sembunyiin semuanya dari gue. Mereka beralasan kalau itu permintaan Zaenal sendiri. Jujur, gue kecewa." kata Ares melanjutkan ucapannya.

"Kalau menurut gue, lo nggak perlu segininya. Gimana kalau itu beneran permintaan terakhir Zaenal?" Tanya Ardana mengutarakan pendapatnya.

Ares menghela nafas sejenak, "Tapi gue tetep berhak untuk kecewa, kan? Mereka bohongin gue, Dan." racau Ares sambil mengacak rambutnya.

Ardana menepuk pundak Ares tak terlalu keras, "Yaudah, nggak usah dipikirin lagi. Lo nikmati aja waktu lo selama di Swiss." Kata Ardana sambil tersenyum.

Setelahnya, ponsel Ardana yang berada di genggaman Ares berdering lagi. Masih dengan nomor yang sama.

Ares mulai meyakini satu hal. Jika ponsel ini masih ada, Flea pasti akan selalu berusaha untuk menghubunginya.

Ares menoleh pada Ardana sejenak. Ares tersenyum tipis. Tanpa berbasa-basi, Ares melemparkan ponsel Ardana ke dinding yang jaraknya kurang lebih 2 meter itu dengan keras. Ponsel itu pecah. Lalu, ponsel Ardana itu jatuh ke dalam akuarium membuat ponselnya mati secara mendadak.

Ardana melongo tak percaya akan apa yang Ares lakukan. Ardana menatap Ares nanar.

"Hp gue.." gumamnya tak rela.

BULLY : Undesirable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang