E M P A T P U L U H D U A

173 26 17
                                    

• HATI TAK MENENTU •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• HATI TAK MENENTU •

7 hari telah berlalu begitu saja, Ares sudah diperbolehkan pulang. Ares hanya diwajibkan check up paling tidak satu minggu sekali sampai ada donor mata yang pas untuknya.

Tas-tas bawaan Ares sudah ditenteng oleh anak-anak SMALA dan Sangga.

Ada Zean, Mike, Fernan, Sangga, Richard, dan Zeo disana. Tak hanya itu, adapula Irish yang kondisinya sudah perlahan membaik. Untunglah, Irish hanya luka-luka biasa yang kondisinya tak terlalu parah.

Ares dituntun oleh Flea untuk masuk kedalam mobil milik Fernan. Flea membantu Ares dengan hati-hati. Flea juga menahan kepala Ares agar tak terbentur pintu mobil.

Ares dan Flea duduk di belakang sementara Fernan dan Irish duduk di depan.

Mobil milik Fernan melaju membelah jalanan sementara teman-teman yang lainnya mengawal dibelakang menggunakan motornya. Untungnya, jalanan perkotaan Bandung cukup lengang. Tak banyak orang yang memerhatikan mereka. Mungkin jika sedang ramai, bisa saja mereka dikira rombongan presiden yang sedang melintas.

Irama musik mengalun indah memecah keheningan. AC mobil juga terasa dingin menembus kulit. 

Ares yang daritadi diam tak tahan lagi untuk bersuara. Sebenarnya selama di Rumah Sakit, Ares ingin menanyakan hal ini.

"Fer, lo tahu dimana Zaenal? Dia nggak ada kabar." Tanya Ares spontan membuat Fernan yang fokus menyetir menegang.

Fernan menggaruk tengkuknya sambil mengkode Irish dengan matanya.

Irish yang paham lebih dulu bersuara, "Dia kayaknya malu deh. Dikosannya nggak ada." Jawab Irish bohong. Irish sebenarnya tahu kondisi Zaenal. Tentu saja Irish diberitahu kekasihnya. Namun, Irish akan merahasiakan itu semua dari Ares agar Ares tak kepikiran.

Ares terdiam sesaat. Lelaki itu menghela nafas, "Gue khawatir sih sama dia." Ucap Ares jujur.

Fernan yang sedang menyetir mengeratkan stirnya erat. 

"Kenapa lo masih sepeduli itu sama dia? Dia pengkhianatnya, Res." Peringat Fernan dingin. Fernan sebenarnya tak ingin berbicara seperti ini namun Fernan harus segera merubah cara berpikir Ares agar Ares tak memedulikan Zaenal.

Fernan tak membenci Zaenal dan Fernan juga yakin jika Ares pasti tak bisa membenci lelaki yang sudah bertahun-tahun menjadi sahabatnya. Namun, Fernan tak bisa diam saja. Lambat laun semuanya pasti terbongkar.

Sesungguhnya, Fernan bingung harus mengatakan pada Ares jika Zaenal sedang tak baik-baik saja.

"Dia memang pengkhianatnya tapi dia juga sahabat gue. Dia disini sendirian, dia nggak didampingi orang tua." Papar Ares sambil memijat pelipisnya sementara Flea mengelus pundak Ares agar Ares tenang.

"Bukannya keluarga Zaenal asli Bandung ya?" Tanya Flea heran.

"Beberapa bulan yang lalu, bokap nyokapnya merantau ke Malang. Katanya, Zaenal dititipin sama tantenya tapi Zaenal milih tinggal dikosan. Sampai sekarang, gue nggak tahu siapa tantenya Zaenal itu." Cerita Ares benar adanya.

BULLY : Undesirable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang