T I G A P U L U H T U J U H

207 31 19
                                        

• TOPENG •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• TOPENG •

Angin berhembus kencang meniup rambut Flea. Entah karena apa, Ares membawa Flea ke rooftop Arbaris Resto.

Flea dan Ares duduk bersila di tepi balkon. Sedari tadi tak ada yang bersuara. Terlebih lagi, Ares hanya diam menatap lurus ke depan.

"Ar.." suara lirih Flea terdengar.

Ares menoleh sembari menghela nafasnya, "Gue lagi kacau, Fle. Sorry.. " ujar Ares sambil mengacak rambutnya karena pusing.

Flea tersenyum tipis. Flea menyentuh rambut Ares dan merapikan rambutnya kembali.

"Ares yang aku kenal itu kuat. Kamu pasti bisa lewatinnya. Kamu boleh cerita sama aku. Meskipun kamu nggak anggap aku sahabat kamu lagi, aku masih anggap kalau kamu itu sahabat terbaik aku." Kata Flea sambil menampilkan senyum lebarnya. Senyum yang selalu Ares dambakan.

Senyum paling menenangkan dari seorang Floresta Saquella. Ares menarik sudut bibirnya. Ares menatap Flea serba salah. Padahal, Ares sudah melukai Flea sedemikian hebatnya tapi Flea masih setia berdiri disampingnya.

"Andai.. lo bukan adik dari kak Reina, gue yakin kita udah sama-sama." Ujar Ares mengandai-ngandai.

Ares malah memilih membahas hubungan keduanya.

Flea tersenyum getir. Gadis itu menyelipkan rambutnya yang tertiup angin ke belakang telinga, "tapi faktanya aku itu adiknya kak Reina'kan?" Balas Flea sambil memejamkan matanya sesaat.

Ares menganggukan kepala, "Gue mau tanya satu hal." Ucap Ares membuat Flea menganggukan kepalanya dengan cepat.

"Apa?" Tanya Flea penasaran.

Ares menatap Flea dalam. Ia sedikit merasa bersalah pada gadis didepannya, "Gue udah sering banget sakitin lo, tapi kenapa lo nggak menjauh atau pergi?" Tanya Ares meminta penjelasan.

Flea terdiam sesaat. Sudut bibir gadis itu tertarik menampilkan senyum indah.

"Karena setiap kata yang kamu ucap lewat mulut, nggak selaras sama apa yang ada di mata dan hati kamu. Kamu terpaksa. Aku tahu tentang itu, Ar. Aku emang selalu nangis setiap kamu berkata kasar tapi ada satu hal yang selalu aku tanam di hati agar tak menyerah."

"Apa?" Tanya Ares penasaran. Flea malah menampilkan senyum misteriusnya.

"Sejauh apapun kamu pergi, sejatinya kamu akan tetap kembali." Jawab Flea enteng.

Ares sedikit terkekeh. Bukan terkekeh lucu melainkan merasa miris.

"Kalau gue nggak kembali? Lo pastinya tahu apa yang terjadi di restoran ini kemarin."jawab Ares apa adanya.

Flea menganggukan kepalanya, "Ya, aku tahu. Kalau emang gitu, aku bisa apa? Aku cuma bisa mengikhlaskan kamu. Kebahagiaan kamu itu yang terpenting buat aku." Ujar Flea sambil menampilkan senyum palsu.

BULLY : Undesirable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang