[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• PENYELESAIAN •
Ares keluar dari sebuah toko ponsel. Sesuai dengan janjinya, ia membelikan iPhone keluaran terbaru untuk Ardana dan membeli satu ponsel lagi untuk dirinya sendiri. Ares akan memberikan ponsel itu jika Ardana sudah menjelaskan semuanya pada Evelyn.
Ardana duduk diatas motornya. Cowok itu tersenyum lebar melihat Ares keluar dengan ponsel idamannya.
"Mana hp baru gue?" Tanyanya bersemangat.
Ares duduk diboncengan Ardana dengan santai, "Gue kasih setelah lo kasih penjelasan ke Evelyn. Lo juga harus minta maaf ke dia." kata Ares mengajukan syarat.
Ardana mengubah rautnya menjadi kesal, "tapi, sekarang-"
"Lo tahu asramanya, kan?" potong Ares tak memberi kesempatan bagi Ardana untuk protes.
Ardana mengerjap, "Ta-Tahu."
"Yaudah berangkat." Perintah Ares membuat Ardana menghela nafas.
Ardana melajukan motornya perlahan menuju asrama putri yang terletak tak jauh dari sekolah.
Tak membutuhkan waktu lama bagi keduanya sampai didepan asrama yang ditempati Evelyn.
Ares turun dari motor Ardana dan melenggang masuk dengan santai meninggalkan Ardana yang mengikutinya malas.
Rupanya, penjagaan cukup ketat. Ares dihentikan oleh satpam diluar.
"Mau bertemu siapa, mas?" Tanya satpam itu mengintrogasi.
"Evelyn." Jawab Ares apa adanya.
"Evelyn siapa?" Tanya satpam itu dengan raut bingung.
"Evelyna Carissa atau biasanya dipanggil Elin." sahut Ardana dari belakang. Cowok itu tampak memainkan kunci motor di jari telunjuknya.
Satpam akhirnya mengangguk paham. Satpam itu mempersilahkan Ares dan Ardana untuk masuk, "Kamar no 22." infonya.
Ares dan Ardana melangkah menuruti instruksi satpam. Baru saja mereka berdua hendak mengetuk pintu, Evelyn ternyata sudah keluar terlebih dahulu.
"Untuk apa kalian datang ke asramaku?" Tanya Evelyn gugup. Evelyn secara refleks memundurkan langkahnya teratur.
Ares mengenggam tangan Evelyn lembut. Ares berusaha membuat gadis itu tak takut.
"Ada yang perlu Ardana jelasin ke lo. Kita boleh masuk?" Pinta Ares hati-hati.
Ares mengangguk sementara Ardana menabrak tubuh Evelyn asal. Evelyn yang ditabrak sedikit limbung dan hampir jatuh. Untungnya, Ares menahan tubuh gadis itu.