[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
● SENYUMAN ●
Flea menyisir rambut panjangnya. Ia tersenyum tipis menatap pantulan wajahnya di cermin kamar. Wajahnya tampak pucat. Mungkin karena wajahnya yang hanya ia beri sedikit bedak bayi dan sentuhan tipis liptint.
Flea mengambil tasnya di balik pintu. Ia memakai tas miliknya lalu mengambil sepatu.
Flea turun dari kamarnya. Seperti biasa, ada Damian yang sedang duduk membaca koran ditemani Fiona yang sedang asik berselfie-selfie ria.
Flea menghampiri papanya. Flea duduk didepan Damian dan Fiona yang sontak membuat Fiona mendongak menatap Flea tajam.
"Pa, Flea ijin berangkat ke Sekolah ya." Kata Flea sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan papanya.
Damian yang mendengar suara putrinya segera melipat koran yang sedang dibacanya. Damian tersenyum tipis dan menerima uluran tangan putrinya.
"Belajar yang rajin ya dan satu lagi.. jangan bikin masalah." Kata Damian sambil mencium kening Flea penuh sayang.
Flea mengangguk mengiyakan. Kini Flea beralih menghampiri Fiona yang duduk dengan angkuh menatapnya. Fiona menatap Flea tanpa minat.
"Ma, Flea pamit ya." Kata Flea namun tak disahuti Fiona. Wanita itu hanya diam. Fiona tetap acuh dan membiarkan uluran tangan Flea menggantung di udara.
Flea menurunkan tangannya. Ia menggaruk tengkuknya kikuk.
"Aku berangkat." Kata Flea lalu berjalan cepat keluar rumah.
Flea menyeka keringat yang bercucuran di pelipisnya. Sudah 5 menit ia berjalan kaki kedepan gang namun kendaraan umum tak kunjung lewat.
Flea bersandar di tiang halte. Gadis itu menggerutu kesal karena waktu sudah menunjukan pukul 6.40 pagi namun kendaraan umum tak satupun datang melintas. Flea sudah pasrah. Mungkin ia akan terlambat datang ke Sekolah.
Ditengah keputus asaan, suara deru motor sport menganggu indera pendengaran Flea. Motor berwarna hitam itu berhenti persis didepan Flea.
Lelaki berpawakan jangkung yang menunggangi motor sport didepan Flea melepaskan helm fullface yang menutupi wajahnya. Dia Ares dengan jaket army kebanggaannya.
"Naik, Fle." Kata Ares dengan seringaian khasnya. Ares tampak lebih tampan dengan rambutnya yang sedikit disisir rapi.
Flea menahan senyumnya. Tanpa menjawab apapun, ia menghampiri Ares dan segera naik ke boncengan motor cowok itu.
Setelah memastikan Flea sudah naik dengan aman, motor sport milik Ares melaju membelah jalanan. Jalanan sangat ramai dan penuh karena banyaknya pelajar maupun pekerja yang hendak memulai aktivitas pagi mereka.
"Lo deket sama Vino?" Tanya Ares setengah berteriak ketika jalanan sudah sedikit lengang. Namun tetap saja, suara berisik kendaraan tak dapat terelakkan.