[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• ALUR PERMAINAN •
Fernan berdiri didepan pintu rumah dengan ragu. Tangannya masih melayang di udara urung mengetuk pintu.
Setelah membulatkan tekad, Fernan mengetuk pintunya perlahan.
Tak perlu menunggu lama, seorang wanita paruh baya dengan perut yang sudah membesar keluar dari dalam rumah. Wanita itu tampak terkejut akan kehadiran Fernan.
"F-Fernan? Anak gantengnya mama.. tumben kesini, nak?" Sapa Rani sedikit terbata. Pasalnya, jarang sekali Fernan mau mengunjungi.
Fernan hanya diam menatap wanita itu datar. Fernan tak tahu harus bereaksi apa.
"Dimana kamar Sangga?" Tanya Fernan tak ingin berbasa-basi.
Rani yang tadinya tampak senang beralih gusar. Wanita paruh baya itu menghela nafas, "Sangga nggak ada dirumah, Fer. Adik kamu itu sudah berhari-hari nggak pulang." Balas Rani cemas.
Rani mengantarkan Fernan ke depan kamar Sangga. Fernan berdehem memecah kecanggungan.
"Aku ijin masuk." Ujar Fernan yang diangguki cepat oleh Rani.
Fernan masuk ke dalam kamar Sangga yang didominasi berwarna putih itu. Kaki Fernan melangkah menuju meja belajar milik Sangga dan mencari kamera miliknya. Sangga mengatakan pada Fernan jika kamera Fernan disimpan di dalam laci lemari.
Fernan berjongkok sembari menarik laci mejanya. Fernan baru mampu menghela nafas lega kala melihat kamera itu benar-benar disana.
"Kamu tahu dimana Sangga?" Tanya Rani hati-hati kala melihat raut Fernan yang tampak senang. Pasalnya, Fernan hampir tak pernah tersenyum jika didepannya.
Rani bingung entah mau senang atau sedih. Rani senang mendapat kabar jika Sangga baik-baik saja namun hati kecilnya mencelos kala Fernan menyebut dirinya 'tante'
Rani tersenyum miris. Wanita paruh baya itu memeluk Fernan erat.
"Jangan panggil 'mama' dengan sebutan 'tante' ya. Mama itu ibu kamu. Mama nggak suka kamu panggil seperti itu." Pinta Rani memelas.
"Aku udah baikan sama Sangga. Tapi untuk nyebut tante itu mama, rasanya nggak mungkin. Mama aku cuma mama Wulan." Tolak Fernan cepat. Rani memilih diam dan menganggukan kepalanya saja.
Fernan memasukkan kamera miliknya ke dalam tas hitam. Fernan menyalami tangan Rani untuk pertama kalinya.
"Aku pamit dulu.. Ibu." Ujar Fernan membuat Rani menatap anak tirinya itu haru. Rani memeluk Fernan erat. Sudah lama sekali Rani menginginkan panggilan itu terucap dari mulut Fernan langsung.
•••
Seluruh geng tempur SMALA yang tentunya minus Zaenal berkumpul di markas mereka. Fernan juga sudah kembali dengan kamera yang dibawanya.