• FERNAN CELAKA •
Diruangan serba hitam, Zaenal dan Freya duduk dikelilingi oleh geng tempur SNARA. Tak ada yang berani bersuara bahkan rasanya bergerak-pun enggan.
Vino mengetuk-ngetuk meja didepannya tampak berpikir, "Jadi, lo beneran kembaran Flea?" Tanya Vino masih tak percaya.
Freya memutar bola matanya jengah. Vino sudah lebih dari tiga kali bertanya hal yang serupa. Freya sangat kesal dibuatnya.
"Lo budeg? Punya kuping kagak?" Sahut Freya ngegas.
Mendapat balasan seperti itu, Vino menahan tawanya. Beberapa anggota geng tempur SNARA juga sama. Ini terlalu sulit dipercayai untuk menjadi kenyataan. Flea yang cupu dan polos memiliki kembaran yang modis dan galak? Terlihat mustahil untuk disebut sebagai kenyataan.
"Santai dong beb, jadi kalian pengen gue ngapain?" Tanya Vino sambil menerima minuman yang dilempar Sangga.
Freya menyilangkan kakinya. Tangan kirinya menyenggol Zaenal untuk berbicara.
Zaenal menegakan tubuhnya, "Celakai Fernan dan rusakin kameranya!" Ujar Zaenal sambil mengepalkan tangannya menahan amarah.
"Ok---" Vino belum sempat melanjutkan ucapannya. Ucapan Vino menggantung begitu saja. Vino mendapatkan sebuah kode dari Sangga untuk jangan menjawab terlebih dahulu permintaan Zaenal. Sangga memiliki ide yang jauh brilian.
Sangga berjalan mendekati Vino. Lelaki itu membisiki sesuatu. Vino yang sepertinya tertarik dengan ide Sangga menahan senyumnya kemudian menganggukan kepala.
"Gue bakal suruh anak-anak celakai Fernan tapi dengan satu syarat." Ujar Vino santai. Freya dan Zaenal bertatapan. Freya sontak menggebrak meja dengan keras.
"Bacot banget sih lo." Ujar Freya kesal. Apa-apaan harus pakai syarat? Bantu mah yang ikhlas. Lagipula bukankah Zaenal adalah sepupu dari cowok itu sendiri?
Freya berbalik menatap Zaenal, "Ta, kita cabut. Gue bisa kok ngehabisin Fernan pakai tangan gue sendiri." Ajak Freya sambil menarik tangan Zaenal. Namun sayangnya Zaenal tetap diam.
"Lo cewek tapi nggak bisa main cantik. Kalau lo ngehabisin Fernan sendiri, pasti nanti kita akan cepat ketahuan." Bisik Zaenal sambil mencubit pelan tangan Freya membuat gadis itu meringis kecil.
Freya menyerah dibuatnya. Saya memilih menuruti perintah Zaenal.
"Iya serah." Balas Freya sambil mengusap tangannya yang memerah karena dicubit Zaenal.
"Apa syaratnya?" Tanya Zaenal membuat Vino semakin tersenyum senang.
"Freya harus masuk geng gue dan Freya harus nurutin semua perintah gue." Ujar Vino mengajukan syarat.
Freya yang merasa ditumbalkan menggebrak meja tak terima, "Enak aja! Gue cantik-cantik gini masa harus ngikutin semua perintah lo. Gue suka kebebasan. Gue nggak mau dikekang hanya karena masuk ke geng sampah lo!" Ujar Freya ngegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULLY : Undesirable [END]
Teen Fiction[COMPLETED] Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti. Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...