[COMPLETED]
Dia Penyendiri. Dia Lebih Mencintai Sepi. Dia Hanya Perindu Keramaian Yang Selalu Menjadi Ilusi. Dia ingin Berbaur Tanpa Merasa Tersakiti.
Floresta Saquella, gadis biasa saja yang ditempatkan disekitar orang luar biasa. Dirinya selalu te...
Note : Latar Tempat Swiss tetapi bahasa yang digunakan tetap Indonesia ya.
Ada 4 bahasa nasional di Swiss yaitu Jerman, Perancis, Italia dan Romansh. Sementara bahasa Inggris udah jadi bahasa internasional.
Tetapi author nggak mungkin pakai bahasa itu karena : 1. Author nggak ngerti bahasanya:) 2. Kalian juga bisa dipastikan 90% nggak ngerti.
Anggap aja bahasa Indonesia termasuk bahasa daerah sana ya. ^^
•••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• TERPISAH JARAK •
Swiss, hawa dingin menyambut Ares kala Ares baru saja mendarat di negara penghasil cokelat terbaik di dunia ini. Negara yang dihiasi pegunungan alpen yang indah terlihat jauh lebih memesona dari cerita-ceritanya.
Dua cowok berwajah serupa melangkah menghampirinya. Yang satu tampak berjalan santai namun satunya berlarian menyambut Ares dengan girang. Meskipun berwajah sama tetapi perbedaan dari keduanya terlihat jelas.
"Long time no see, bang. Ohmy God! Lo sekarang keliaran beda. Gue hampir nggak ngenalin lo." Kata Ardana heboh sementara Ardian yang berdiri dibelakangnya memutar bola mata jengah. Perasaan tak ada yang berubah dari Ares selain wajahnya yang terlihat lebih dewasa.
Ares balas memeluk Ardana. Cowok yang hanya berbeda satu tahun dibawahnya itu memang memiliki tingkah yang heboh dan blak-blakan. Berbanding terbalik dengan Ardian yang lebih cenderung pendiam.
"Gimana kabar lo? Sehat?" Tanya Ardian datar.
Ares mengangguk, "Sehatlah. Disini seru ya? Sampai kalian lupa rumah." Kata Ares membuat Ardian tersenyum kecil.
Ardana dan Ardian akhirnya mengajak Ares masuk ke dalam asrama mereka. Ini adalah fasilitas yang diberikan oleh sekolah. Asrama yang tidak terlalu besar tetapi sangat nyaman. Dibanding seperti asrama yang disediakan sekolah, asrama disini lebih seperti kamar apartemen.
"Gue denger, disana asyik. Lo bahkan sampai nolak waktu gue bujuk kesini. Kenapa sekarang pindah?" Tanya Ardana kepo. Cowok itu jauh lebih cerewet dibanding Irish yang notabenenya perempuan.
"Ntar lo nangis kalau gue nggak kesini." Kata Ares tak berniat jujur. Ares menaruh kopernya di pojok ruangan sambil menatap Ardana jail.
Ardana menyengir lalu menggelengkan kepalanya.
"Mana ada. btw, coba lo liat Ardi. Gue sebel banget sama dia. Nggak asik. Baru lima menit lo dateng, dia udah balik pacaran sama buku-bukunya." Kata Ardana sambil menunjuk Ardian yang entah sejak kapan sudah serius membaca buku.
"Lo nyadar nggak sih, Dan? Lama nggak ketemu, lo jauh lebih cerewet." Komentar Ares sambil merebahkan dirinya di kasur milik Ardian.
Ardana tertawa, "Besok mau keliling Swiss nggak? Besok lo belum masuk sekolah, kan?" Tanya Ardana menawari. Cowok itu menaik-turunkan alisnya.