T I G A P U L U H D E L A P A N

188 27 21
                                        

• SEBUAH SEBAB - AKIBAT •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• SEBUAH SEBAB - AKIBAT •

Sepasang mata Maudy terpejam rapat. Maudy beristirahat di dalam kamar Ares atas perintah Marzel.

Ares sendiri sedang berada di ruang tengah. Lelaki itu duduk menyila sembari melilit lehernya dengan kemeja sekolah. Ares belum mengganti baju. Ia sangat malas untuk masuk kamar dan berdua dengan Maudy.

Tepat disaat Ares hendak mengambil remote televisi, tangan Marzel menghalangi. Pria paruh baya itu menatapnya tegas. Seperti ada hal serius yang ingin dibicarakan.

"Maudy kenapa? Kok dia sampai kayak gitu? kamu nggak bener ya jagain dia?!" Tanya Marzel sedikit galak.

Ares menaikkan sebelah alisnya sedikit tak percaya, "Yang anak daddy itu siapa? Ares atau Maudy?" Tanya Ares malas.

Marzel memijat pelipisnya, "Kamu harus selalu ada disampingnya, Naresh."  Ucapnya.

Mendengar ucapan Marzel, Ares sontak menegakan tubuhnya. Ares menatap Marzel cukup lama.

"Ares bukan bodyguardnya." Balas Ares tajam.

Tangan Marzel mengepal. Tangannya melayang di udara hendak menampar Ares. Namun, ada tangan yang lain menghalangi itu semua.

Maudy, gadis itu berdiri sambil mencekal erat tangan Marzel. Sepasang matanya tampak berkaca-kaca hendak menangis.

"Om nggak boleh lukain kak Ares. Dia nggak salah, om. Kak Ares juga selalu jagain Maudy." Bela Maudy sambil terisak. Marzel luluh dibuatnya.

Mereka bertiga melingkar di sofa ruang tengah dengan Ares yang berada ditengah-tengah.

"Ceritain semuanya, Maudy." Perintah Marzel tegas.

Maudy menunduk takut. Gadis itu berkali-kali seperti ingin berbicara namun tak mengeluarkan suara. Maudy tampaknya sangat ragu.

"Siapa yang bully kamu, Maudy?" Tanya Marzel lebih lembut berharap Maudy segera angkat suara.

Maudy menghela nafas. Gadis itu mengumpulkan segala keberanian yang ia punya.

"Flea.." cetus Maudy akhirnya membuat Marzel terkejut dan Ares menatap Maudy tajam.

Sebelum Ares sadar situasi, sebuah tamparan mendarat mulus di pipi kirinya.

Plak!

Ares cengo. Maudy juga begitu. Ares memegangi pipinya yang terasa panas. Tamparan Marzel sangat keras sehingga menciptakan bekas kemerahan.

Marzel tampak murka, "DENGAR! GADIS LUGU YANG KAMU BILANG BAIK ITU LICIK. DIA NGGAK JAUH BEDA DARI KAKAKNYA, NARESH!" Teriak Marzel naik pitam.

Ares ikut menarik nafas menahan gejolak emosinya. Bagaimanapun, Ares tak boleh lepas kontrol didepan daddynya, "Flea beda, dad. Aku yakin kalau yang lakuin itu ke Maudy bukan Flea!" Balas Ares berani. Ares mengacungkan jari telunjuknya ke wajah Marzel dengan berani.

BULLY : Undesirable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang