Siang ini rasanya terlalu panas hingga membuatku seperti cacing yang terkena siraman air garam.
Wizzzz... Angin segar tiba tiba saja menerpa diriku yang tengah kepanasan dan saat ku lihat dari mana asalnya, Jimin tersebut lebar sembari menggerakkan kipar dari kertas yang ada di tangannya.
"Kau sudah tak kepanasan lagi" Ucapnya, senang
Iya... Aku memang tak kepanasan lagi tapi perasaanku yang panas. Dasar idiot... Kau ingin membuatku terpesona dengan kepolosanmu itu ya?. Sialan...
Seperti orang yang bodoh. Aku menggerutu dalam hati tapi di luar, aku malah tersenyum. Seperti psikopat saja.
"Kau sungguh tidak ingin sembuh?" Tanyaku dan Jimin malah menggeleng sembari mengipasiku
"Kenapa?"
"Tidak ada uang. Jika aku sudah punya uang, aku akan sembuh"
Hah... Sepertinya kehidupan ini membuatnya berpikir terlalu jauh. Memang sih, uang itu perlu tapi jika kau tak menjadi dewasa, apa untungnya uang untukmu?. Untuk beli permen atau mainan?.
"Tapi kau harus sembuh agar bisa memiliki uang. Jika kau menjadi dewasa, apapun bisa kau lakukan. Bekerja untuk mendapatkan uang atau bertemu dengan seseorang lalu menikahinya. Memangnya kau ingin seperti ini terus?"
Seperti orang bodoh, aku malah mendokrinnya dengan hal yang memang harus di lakukan oleh orang dewasa tapi tak bisa di lakukan oleh dirinya.
"Aku tak ingin menikah" Ucapnya yang berhasil membuat rasa penasaranku membuncah
"Kenapa?"
"Karena butuh uang yang banyak"
Hah... Sebenarnya anak ini dapat pengetahuan tentang uang dari siapa sih?. Kenapa pikirannya uang uang terus.
"Ya sudah tak usah menikah tapi kau harus jadi dewasa. Tahun berapa kau lahir?, usiamu sekarang berapa?. Kita pasti seusia kan?. Hey, lihat aku, di usiaku yang sekarang, aku menjadi dokter sedangkan kau, kau jadi apa?, tidak ada. Kau tidak punya cita cita?, jika ada kau harus menjadi dewasa untuk mewujudkan cita citamu itu" Ungkapku kesal
Jujur, aku tak tahu jalan pikiran Jimin. Dia idiot tapi masih mementingkan duniawi alias uang. Seperti bukan anak anak saja.
"Aku ingin bahagia, itu cita citaku"
Aku terdiam. Rasanya seperti kepalaku di hantam batu yang amat besar.
Bahagia ya?. Dimana aku pernah mendengar ucapan itu?... Benar, saat aku masih bocah dulu, aku juga mengatakan pada nenekku bahwa jika aku dewasa nanti, aku ingin bahagia tapi nyatanya, sampai saat ini aku tak bahagia. Sering kali aku di pusingkan dengan pekerjaan atau masa depanku yang abu abu, hingga aku tak tahu apa aku sudah bahagia atau belum.
"Aku memang idiot, kekanak kanakan dan secara tingkah laku aku terlihat seperti anak anak... Setelah kecelakaan dulu, orang tuaku bercerai karena ayahku tak bisa memiliki anak cacat sepertiku. Hanya aku yang ibu miliki tapi jika aku dewasa, ibu akan kehilanganku, maka dari itu aku tak ingin dewasa. Biar saja aku seperti ini asal bisa bahagia bersama ibu" Jelasnya lalu tersebut simpul sembari menatapku yang dibuat tertegun karenanya
"Jimin" Panggilku
Dan tanpa sadar, aku melah mendekatkan wajahku ke wajahnya lalu mengecup bibirnya.
Cukup lama bibirku berada di atas bibirnya hingga kesadaran menghantam diriku. Dengan cepat, aku menjauh lalu berlari masuk ke dalam kamarku.
"Astaga... Apa yang sudah aku lakukan?"
****
Sekarang aku tahu, bukan kecelakaan yang membuat Jimin seperti itu, tapi kenyataan bahwa dunia di luar sana sangat kejam hingga ia tak ingin dewasa karena berpikir menjadi dewasa tak akan membuatnya bahagia.
Ku akui, hidup memang berat, bahagia pun rasanya mahal. Aku ingat saat aku pernah bilang kepada nenekku bahwa aku tak ingin menjadi dewasa karena takut dengan dunia luar dan seperti Jimin juga seperti itu.
Untungnya, aku sadar bahwa menjadi dewasa memang keharusan. Jika tidak, apa untungnya usia dan semua yang sudah aku dapatkan dengan kerja keras belajar bertahun tahun.
"Baiklah Jung Yn, ayo kita buat Jimin jadi dewasa"
Lagi lagi, aku mencoba menyemangati diriku sendiri.
"Uhhh, dingin"
Ku usap kedua tanganku karena angin malam yang menerpa tubuhku.
Sekarang, aku memang tengah berada di balkon kamarku, melihat langit malam sembari berpikir apa yang harus ku lakukan esoknya.
****
Keesokan paginya, aku duduk di dekat taman bermain, tempat yang biasa Jimin datangi di pagi hari.
"Nah, itu dia sudah datang"
Aku berseru senang saat melihat Jimin datang ke taman sembari memegang bola sepaknya.
"Park Jimin" Teriakku sembari berlari menghampirinya
"Kenapa?" Tanyanya, seolah olah tak ada yang terjadi di antara kami kemarin
Baguslah jika dia lupa, setidaknya urat maluku bisa tersambung kembali...
"Ayo kita main bola. Jika aku menang, kau harus menuruti keinginan dan kata kataku tapi jika aku kalah, aku akan memberikanmu uang jajan" Ucapku, menantangnya
"Aku tidak main dengan orang dewasa" Tolaknya kepadaku
Yak, kau juga orang dewasa bodoh, hanya saja pikiranmu yang belum dewasa. Ingin rasanya aku berteriak seperti itu di depannya tapi tak kulakukan, aku harus lembut padanya. Tunjukkan kepadanya bahwa image orang dewasa jauh lebih baik dari pikirannya kemarin.
"Maaf tapi aku tak terima penolakan" Sahutku lalu merampas bola dari tangan Jimin
Beberapa menit kemudian...
"Yes, menang"
Aku berteriak senang setelah mengalahkan Jimin dalam permainan bola.
Dengan senang, aku berlari mengelilingi Jimin yang hanya diam di tempatnya.
"Ya, kau lihat kan. Walau aku sudah dewasa, aku masih bisa bermain seperti ini. Jadi... Lakukan apa yang aku inginkan" Ucapku, mendekatinya
"Jadi apa mau mu?"
Aku tersenyum miring dan berdiri tepat di hadapan Jimin.
"Aku ingin kau menjadi dewasa. Berhenti berpura pura bahwa kau adalah anak anak..."
Ku lihat, Jimin tersenyum miring lalu mendekatiku hingga jarak kami amat cukup dekat.
Cuppp. Jimin mencium bibirku sembari memeluk pinggangku dengan erat, sedangkan aku?. Aku diam, tak tahu harus melamukan apa.
Bukan dewasa seperti ini yang aku maksud.
Bukan ciuman...
Tapi dewasa dalam bertindak, berperilaku dan berpikir...
Sialan...
Aku termakan jebakannya...
Ah, sudahlah. Karena sudah terlanjur nikmati saja.
Dan setelahnya, aku mengalunkan kedua tanganku di leher Jimin lalu mulai bermain dengan ciumannya yang tadinya hanya menempel saja.
FIN
![](https://img.wattpad.com/cover/212093736-288-k928262.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS With Me
FanficImagine BTS x Yn Berkisah tentang Y/n dan member BTS. Jung Y/n (Yourname) Kim Taehyung (V) Jeon Jungkook (Jungkook) Park Jimin (Jimin) Kim Seokjin (Jin) Min Yoongi (Suga) Jung Hoseok (J-hope) Kim Namjoon (RM). Peringkat paling mengesankan: #1 reade...