Jimin | Denganmu | Pt.2

460 123 32
                                    

Hujan tiba tiba saja turun saat jam pelajaran terakhir dan karena itu saat bel pulang berbunyi Yn tak lantas keluar dari kelas karena baginya sia sia saja ia keluar dan berlarian seperti teman temannya yang lain, ia tetap tak bisa pulang karena tak membawa payung.

Disamping Yn ada Jimin yang juga memilih tetap berada di sana bersamanya.

"Tak pulang?."

Yn menoleh ke arah Jimin dan menatap lelaki itu dengan tatapan jengah. "Kau tak lihat?, jika aku masih di sini itu karena aku belum pulang."

Jimin menggaruk belakang lehernya mendengar jawaban Yn yang sangat sangat masuk akal. Setelahnya Jimin kembali mempertahankan Yn yang tengah memandangi hujan dari balik jendela kelas mereka.

"Aku bawa payung, kalau begitu kau ingin pulang bersamaku?."

Yn sontak menoleh ke arah Jimin. "Memang arah pulang kita sama?."

Jimin mengangguk ragu. "Mungkin saja. Atau aku bisa mengantarmu sampai halte dengan payungku jika arah pulang kita berbeda."

Yn diam dan nampak berpikir. Tanpa mengatakan apapun lagi Yn berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangannya di hadapan Jimin.

Jimin lantas membalas uluran tangan Yn hingga membuat gadis itu mendengus kesal. "Bukan tanganmu tapi payungmu."

Mendengar itu, Jimin menarik tangannya dari Yn lalu mengeluarkan payung kuning dari dalam tasnya.

"Ini payungmu?." Tanya Yn dengan ekspresi tak percaya saat Jimin menyerahkan payungnya kepadanya

Jimin mengangguk ragu hingga membuat Yn tertawa kecil. "Payungmu lucu. Warna kuning seperti bebek." Ucap Yn dan berlalu dari hadapan Jimin

Jimin lantas tersenyum lebar dan mengerjar Yn yang sudah keluar dari kelas mereka.

Saat keduanya sudah sampai di depan pintu masuk sekolah, Yn mendongak untuk melihat hujan yang masih turun dan mengguyur sekolah mereka. Setelahnya Yn membuka payung Jimin dan memakainya.

Jimin yang berada di samping Yn, mulai mendekatkan dirinya pada gadis itu agar dirinya tak terkena air hujan. Sadar akan hal itu, Yn memposisikan payung yang di pegangnya ke arah Jimin.

Keduanya pun berjalan berdampingan keluar area sekolahan dengan payung kuning mencolok milik Jimin. Dan saat keduanya sudah sampai di halte, Yn lantas memberikan payung Jimin kepadanya.

"Terima kasih." Ucap Yn singkat

Jimin mengangguk sembari memegang pegangan payungnya yang telah dipegang oleh Yn, dan Jimin masih bisa merasakan kehangatan pegangan payung itu.

****

Jimin tersenyum senang sembari memasuki kamarnya. Setelahnya, ia menyimpan tasnya di dekat meja belajarnya, membuka seragam sekolahnya dan menggantinya dengan kaos berwarna putih favoritnya.

Jimin mendudukkan dirinya di kursi meja belajarnya sembari memainkan handphonenya. Ia tersenyum manis tak kala layar handphonenya menampilkan sosok Yn yang tengah duduk di halte bis bersamanya.

Tadi saat mereka tengah menunggu bis di sana, diam diam Jimin mengeluarkan handphonenya lalu memotret Yn tanpa sepengetahuan gadis itu.

"Cantik." Pujinya sembari memukul meja karena malu dan juga senang diwaktu yang bersamaan

Jimin menumpukan tangannya di pipinya lalu kembali memandangi foto Yn. Ia menghela napas berat dan memandang foto itu dengan seksama.

"Aku penasaran. Apa kau benar sudah memiliki kekasih?. Jika iya, kenapa kau malah pulang bersamaku tadi?, bukan dengan kekasihmu."

Jimin kembali mengingat saat dirinya dan Yn menunggu di halte. Saat lama menunggu, ia tak sengaja melihat seseorang yang diakui Yn sebagai pacarnya tengah membonceng gadis lain di motornya.

Penasaran, Jimin bertanya pada Yn, apa ia tak cemburu atau kesal dan gadis itu malah menjawab, tak sama sekali, mereka hanya pacaran belum menikah jadi tak masalah mereka pulang bersama siapa.

Mengingat hal itu, Jimin mencebik kesal, mematikan handphonenya dan menidurkan kepalanya di atas meja.

"Aku tak yakin mereka berkencan. Mungkin saja Yn mengatakan hal itu agar aku tak mengganggunya. Huh... Sebenernya ada apa denganku?. Baru pertama kali aku bertemu dengan gadis sepertinya tapi dia sudah membuatku merasa aneh seperti ini. Ingin rasanya aku dekat dengannya. Ingin mengajaknya mengobrol dan tertawa bersama... Jadi, apa aku benar benar menyukainya?. Hah, memalukan."

Jimin memejamkan matanya malu saat mengingat betapa cueknya Yn kepadanya tadi. Ia juga malu karena sudah bersikap ramah dan sok akrab pada gadis itu. Pikirnya, Yn pasti kesal dengan sikapnya itu.

****

Keesokan paginya, saat Jimin memasuki kelasnya, ia mendapati Yn sudah duduk di bangku mereka sembari menidurkan kepalanya di atas meja.

Senang, Jimin lantas mendekati Yn dan duduk disampingnya. Saat melihat Yn yang tertidur dari dekat, Jimin tersenyum lebar. Menurutnya gadis itu terlihat polos dan lugu ketika tertidur, berbeda saat ia bangun, terlihat sombong dan kejam.

Beberapa saat kemudian bel masuk berbunyi hingga mau tak mau Jimin terpaksa membangunkan Yn saat melihat guru mereka telah memasuki kelas.

"Yn bangun, guru sudah datang." Bisik Jimin sembari menggoyangkan bahu Yn agar gadis itu bangun dari tidurnya

Yn menggerakkan bahunya acuh dan memperbaiki posisi kepalanya. Melihat itu, Jimin menjadi frustasi hingga terpaksa ia menutupi Yn yang tertidur dengan buku yang besar agar guru tak melihat gadis itu.

"Setidaknya ini lebih aman." Gumam Jimin yang di dengar oleh Yn

Diam diam tanpa sepengetahuan Jimin, Yn sudah bangun dari tadi tapi ia tak memberitahukan lelaki itu. Ia lebih memilih tetap dengan posisi yang sama sembari mendengarkan guru mereka yang tengah menjelaskan materinya di atas.

Perlahan, Yn mengangkat kepalanya dan melihat Jimin yang terkejut melihatnya.

"Aku sudah bangun dari tadi." Ucap Yn dengan volume suara yang kecil

Jimin mengangguk lalu kembali memperhatikan guru mereka di atas, sedangkan Yn malah memperhatikan Jimin sembari menopang dagunya.

Yn mengulurkan jari telunjuknya ke arah Jimin hingga jarinya mengenai pipi lelaki itu, dan karenanya Jimin pun menoleh ke arah Yn yang tengah tersenyum.

"Pipimu lucu, seperti bakpao dan karena itu aku sangat ingin makan bakpao." Ucap Yn lalu menarik tangannya dan mulai memperhatikan guru di depan

Jimin masih saja memandang Yn dengan hati yang berdebar debar. Ia tak menyangka bahwa gadis itu bisa bersikap manis juga kepadanya.

Jadi, apakah Yn sudah membuka hatinya kepadanya?.

Jimin penasaran dengan apa yang dipikirkan gadis itu ketika menunjuk pipinya tadi. Apa benar karena pipinya terlihat seperti bakpao atau karena ia mulai terbuka kepadanya?.

Jimin sangat ingin menanyakan hal itu kepada Yn tapi setelah ia pikir kembali, sepertinya ia tak bisa menanyakan itu. Bagaimana jika ia bertanya seperti itu pada Yn?, bisa saja gadis itu malah kembali mengabaikannya seperti kemarin.

Menurut Jimin, biarlah waktu yang membuktikan sendiri perasaan Yn kepadanya.

"Hei Jimin." Panggil Yn pelan tanpa menoleh ke arah Jimin karena dirinya kini sibuk mencatat materi yang ada di papan tulis

Jimin menghentikan aktivitas menulisnya dan menoleh ke arah Yn. "Ya, kenapa?."

"Taehyung bukan pacarku. Kemarin aku berbohong karena sedikit risih denganmu." Jelas Yn hingga mampu membuat hati Jimin kembali berdebar debar















Tbc

BTS With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang