Pamit

346 37 2
                                    

Kini engkau telah lupa denganku. Berupaya mencari kabar tentangmu tapi ternyata kau menghilang, keadaan memang sudah berubah.

Masih berharap kau hadir walau itu semua dengan keadaan yang berubah. Semoga selalu bahagia.

Hari menuju lamaran dan kini aku masih berada di keadaan hati yang sama.

" Mas sudah siap ".

Termenung dengan keadaan.

Flashback

" Ayah dan bunda, mas gak bisa melakukan perjodohan ini. Mas sudah menetapkan hati mas kepada Zoya, wanita pilihan mas ".

" Gak bisa mas kamu harus menikah dengan Nadira yang sudah jelas garis keturunannya serta keluarga Nadira itu sudah dekat dengan keluarga kita ".

" Maaf bunda, gak bisa seperti itu. Ini tentang perasaan mas, cobalah lebih mengenal Zoya ".

" Mas, selama ini bunda selalu menuruti kemauan mas, dari waktu SMA mau ke SMA TARNUS sampai kamu masuk Akmil semua sudah dituruti, tolong mengerti bunda ".

" Mas tau, bunda sama Uti (nenek) yang punya saran perjodohan ini kan tapi kenapa Genta yang harus melaksanakannya. Mas punya hati dan perasaan, tolong mengerti ".

Berdebat dengan bunda dan Uti. Tak ada yang mau mengerti tentang perasaan ku. Bunda selalu membuat argumen tentang hal yang positif kepada Nadira tak dengan Zoya.

Kenapa bunda berubah, waktu itu bunda sangat memberikan aku support untuk selalu sabar menunggu Zoya tapi kenyataan apa ini.

Entah sudah berapa lama Zoya dibelakangku.

" Adek " ucapku.

" Abang boleh keluar sebentar, maaf om dan tante mungkin keadaannya lagi kurang baik tapi saya ada perlu dengan bang Genta ".

Di teras rumah...

" Abang ini aku bawakan masakan kesuakaan buat abang sebagai permintaan maaf atas malam itu " ucapnya.

Jujur serasa tertampar. Tak marah, tak terlihat kecewa kepadaku padahal mungkin ia mendengar tentang ucapan bunda dan keluargaku tadi.

" Abang, Zoya mengerti perasaan abang pasti sakit. Di dunia ini memang gak ada yang sempurna termasuk juga Zoya. Adek tau abang sudah mengenal semua sifat adek, terima kasih sudah membela Zoya tadi. Satu-satunya laki-laki asing yang sangat berarti buat Zoya. Tapi hari ini ada hal yang membuat adek sedih, apa harus berbicara dengan nada keras kepada Bunda dan Uti ".

Inilah Zoya yang selalu mementingkan perasaan orang lain sebelum dirinya apalagi kepada wanita.

" Abang, selama ini gak pernah berbicara sama Zoya dengan nada seperti itu, tapi kenapa begitu dengan 2 wanita yang selalu sayang sama abang. Zoya pun sayang sama abang tapi merekalah wanita pertama yang abang cintai Bunda dan Uti, tolong jangan seperti itu dan jaga perasaan beliau. Abang, laki-laki yang sampai kapanpun Zoya akan selalu mengagumi walau mungkin takdir berkata lain ".

" Tentang takdir tidak ada yang tau, sama dengan keadaan kita sekarang gak ada yang tau. Tapi satu hal pasti bang, ridho Allah itu ridhonya orang tua apalagi seorang ibu. Ikhlaskan semuanya ".

" Makasih sudah pernah jatuh cinta kepada Zoya. Maaf kalau selama ini membuat menunggu, Zoya sudah mengambil keputusan biar jawaban yang abang tunggu ini Zoya simpan sendiri. Zoya gak mau ada hati yang terluka apalagi ini tentang hubungan, lebih baik abang menjaga hubungan yang sudah terjalin lama (dengan keluarga). Adek gak mau hubungan abang dan bunda serta keluarga retak hanya karna hubungan kita ini ".

" Mungkin ini berat buat abang tapi ini juga berat buat Zoya, ikhlaskan dan relakan semuanya. Belajar menerima keadaan ini bang. Pesan terakhir buat abang, jaga diri, kesehatan, jangan lupa sholat, selalu selamat dalam tugas. Walau abang sudah gak bisa menganggap Zoya sebagai adik nanti tapi bagi Zoya, bang Genta tetap selamanya jadi kakak serta panutan Zoya. Terima kasih untuk semuanya dan pernah mengisi hari-hari bersama. Maaf tak bisa menemanimu dalam hari-hari mu nanti, maaf tak bisa menjadi pendamping dalam kehidupanmu. Bahagialah selalu walau tak bersama ku ".

Meninggalkannya, berusaha selalu tersenyum walau apa yang aku ucapkan tadi menyakitkan bagi diriku.

" Zoya, jangan pergi... " sambil berlutut.

Pedih hati ini apalagi melihatnya seperti itu. Membangunkannya dan memegang wajahnya.

" Adek gak mau laki-laki yang ada di depan adek sekarang ini berbuat dosa, adek sayang sama bang Genta. Tolonglah belajar mengikhlaskan semuanya, walau kita tak berjodoh adek selalu doakan abang, selalu bahagia dengan wanita yang akan mendapingi di setiap susah dan senang,
Makasi pernah ada di kehidupanku".

Pamit... benar-benar pamit dari hidupku.

Assalamualaikum...
Pamit memang kata-kata yang paling pedih dalam perpisahan...
Jaga kesehatan selalu🥰

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang