Cemburu?

434 38 4
                                    

Keadaan bang Genta sudah mulai membaik dan hari ini akan dijadwalkan pulang. Sebelum pulang aku mengecek semua kondisi keadaan bang Genta.

" Ini saya cek dulu saudara Genta sebelum pulang ".

" Baik, silahkan ".

Sambil mengecek beberapa arahan aku berikan supaya tak terjadi keadaan yang memburuk.

Ayah, ibu, kakek, nenek bang Genta pun selalu menemani begitu hangatnya keluarga ini.

" Oh ya Mas nanti ada yang mau kesini jemput ".

" Siapa Bunda, memangnya tidak bawa kendaraan ".

" Loh bunda belum cerita ya mas ".

Aku serta suster pun masih fokus terhadap data kesehatan bang Genta.

" Siapa bunda ? " Bang Genta.

" Nadira anaknya om Wisnu, nanti kamu sama dia ya soalnya kan bawa banyak barang ".

Entah mengapa bang Genta langsung menatap ke arahku. Jujur aku pun juga kaget setauku bang Genta tidak banyak punya teman perempuan bila ada pun ia langsung cerita.

" Mas, Nadira makin cantik. Oma aja pangling lihatnya " pujian dari oma.

Ya karna aku merasa tugasku selesai langsung pamit dan menyerahkan beberapa rekam medis bang Genta.

" Baik, ini hasil rekam medis mungkin tunggu 1 minggu untuk bisa beraktivitas lagi tapi jangan terlalu berat serta usahakan jahitan tidak terkena air. Jahitan bisa di lepas 2 minggu lagi. Terima kasih ".

Dia terus melihatku seakan ingin mengatakan sesuatu, ibu bang Genta menghentikan jalanku.

" Nak Zoya, sebentar ada yang mau dibicarakan " panggil ibu Genta.

" Suster Mega, duluan saja ".

Ibu bang Genta mengucapkan terima kasih karna sudah merawat bang Genta, membantu bang Genta untuk segala kebuthan selama di rumah sakit.

" Bu ini memang sudah tugas saya sebagai seorang dokter dan memberi pelayanan terbaik " jawabku sambil tersenyum.

Seseorang wanita pun datang. Mungkin ini wanita yang tadi dibicarakan, cantik, berpenampilan cukup modis layaknya seorang wanita tak seperti diriku.

" Saya permisi dulu "ucapku.

Aku pun keluar ruangan entah mengapa melihat wanita itu ada rasa yang berbeda.

Agak sebal sih tapi memang aku siapa bukan siapa-siapa. Tiba-tiba di kepalaku terus mencari jawaban siapa wanita itu sebenarnya.

Menghela nafas, sebenarnya ada yang ingin ku katakan pada bag Genta tapi mungkin ini kurang tepat. Tak sepantasnya aku berbicara di waktu itu, dia seorang tentara aku pun mempunyai kakek, paman, dan kakak tentara serta dibesarkan di lingkup tentara tak sepatutnya aku menuntut itu.

Nyawa, jiwa, raga, waktunya hanya untuk ibu pertiwi hal itu bisa terjadi. Aku tau itu tak pantas ku ucapkan tapi bagiku dia seperti kakak yang selalu istimewa.

Terus bergumam, kini dia dibelakangku.

" Zoya ".

" Berbalik badan " Zoya. Sontak terkejut apa dia mendengar gumamku.

" Loh kok belum pulang ? " tanyaku.

Langsung memegang tanganku.

" Dia bukan siapa-siapa, hanya sebatas teman " ucapnya.

Tak mengerti apa yang ia katakan, jujur banyak orang mengatakan aku cepat mengerti tentang dunia ini tapi untuk kali ini aku tak mengerti.

" Hah, maksudnya abang apa Zoya gak ngerti ".

" Wanita tadi itu namanya Nadira ".

" Zoya tadi dengar abang, maksud Zoya kenapa abang bilang bukan siapa-siapa ? Bisa lepasin tangan Zoya " sedikit kesal.

" Zoya kapan kamu mengerti " gumamnya.

" Abang Zoya dengar loh memang menurut abang Zoya gak pernah mengerti abang ? ".

Kenapa aku semakin kesal ya, tapi pernyataannya membuatku kesal memang terkadang benar teman-teman yang selalu curhat padaku seorang laki-laki itu sedikit terlalu panik.

Aku langsung meninggalkannya sendiri, padahal hatiku terasa lega mendengar pernyataan bahwa wanita itu bukan siapa-siapa.

Assalamualaikum...
Sebelumnya mohon maaf keterlambatan update. Jaga kesehatan selalu buat para pembaca...

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang