Ayah dan Bunda

696 42 0
                                    

Langit sore begitu indah menunjukkan matahari akan tenggelam. Jujur selama ku menginjak kelas 11 banyak sekali kegiatan yang mengisi hari-hariku. Sore ini kuputuskan untuk melakukan lari sore yang sudah lama sekali ku lakukan.

       Disetiap langkah ku dalam lari terdapat sebuah impian besar didalam impianku, Itulah alasan dari impianku yang mukin pada waktunya akan datang.

      Setibanya dirumah keadaan di rumah begitu ramai entah ada siapa disana aku pun langsung mengucapkan salam ternyata orang tua ku datang dari India.

     " Waalaikumsalam anak bunda". Ucap bundaku melihatnya ku langsung terkejut karna apa hampir 2 tahun terakhir aku tak bertemu dengan beliau.

     " Loh bunda sama ayah kapan sampainya?" Tanyaku.

    " Barusan kak, kamu dari mana kok keringetan gini?" Tanya ayahku.

    " Habis lari sore yah ".

     Percakapanku dengan semuanya berlanjut pada malam harinya. Sebenarnya tumben aja ayah dan bundaku datang pada saat bukan liburan entalah mungkin mereka kangen denganku.

    " Kak gimana sekolahnya bentar lagi kelas 12 ya terus kalau sudah lulus mau sekolah dimana? " tanya ayahku.

   " Alhamdulillah lancar aja yah kalau itu masih belum kepikiran yah ".

    " Kak ayah mau bicara sama kakak ini juga demi masa depannya kakak ".

    " Silahkan yah. Emang ayah mau bicara apa? ".

     Disinilah perasaanku mulai tak enak pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan kepada diriku. Memang aku sempat curiga pada saat aku mau ambil air wudhu aku sempat mendengar pembicaraan antara ayah dan bundaku kepada kakekku.

     " Kakak dari bayi sudah disini terus kakak juga harus pisah sama ayah dan bunda, kakak ingat gak waktu pas kakak umur 3 tahun itu ayah kan baru ngunjungin kakak disini dan kakak kira ayah itu omnya kakak kan...." tak ada kata lagi yang dikeluarkan.

      " Terus kenapa yah? " tanyaku dengan begitu cemas.

      " Jadi gini kak, daadee (nenek) kakak disuruh tinggal di India " jelas ayahku.

    Ini hal sebenarnya yang paling tak ku suka bagiku aku ini udah dari kecil disini tapi kenapa aku harus ke India. Jujur setiap liburan aku hampir tak pernah kesana ya setiap aku kesana pasti disuruh pindah dan memang dulu aku gak bisa bahasa India samapai-sampai saudaraku yang disana lagi ngomongin aku, ya aku hanya tersenyum aja tapi untungnya ada kakak ku.

      " Lah kok gitu, kakak juga kan bentar lagi kelas 12. Maaf yah kakak gak mau ikut ke India kakak mendingan di Semarang aja jugaan kakak gak punya teman disana?".

      " Tapi kak, kan bunda gak pernah ngasuh kakak dari kecil jadi bunda tu pingin bareng sama kakak. Juga kakak udah lama disini".

      " Bunda kakak mau tanya kok tiba-tiba gini sih pas kakak kelas 10 ayah sama bunda pernah bilang kakak sekolah di semarang aja ya di sekolahnya bang Satria dan kakak mau tanya kenapa kakak dari kecil pisah sama ayah dan bunda?".

     Tak ada jawaban setiap aku tanya alasan tetang aku harus diasuh oleh keluarga ku di semarang pasti tak ada kejelasan yang pasti, suara motor treel bertanda bahwa abangku satria ia telah pulang Aku pun langsung mengadu pada abangku dan ku ajak abangku keluar. Sesampainya di kantin Bataliyon...

      " Kenapa dek kok mukanya cemberut dari tadi diam aja?".

     " Bang masak aku disuruh pindah ke India, bang bantuin bilangin ayah sama bunda. Adek males bang kalau disana sebenarnya adek tau alasannya adek harus ke India" jawabku dengan kesal.

     " Emang kenapa dek kok tiba - tiba ?" Tanya abangku.

    " Gara-gara waktu lomba Porsimaptar sama lomba silat tu dah bang, tau sendiri kan daadee  tu paling gak suka punya cucu, anak dan menantu yang bisa bela diri apa lagi cewek bang itu yang  buat adek malas kalau ke India ".

     " Yah udah nanti abang bantu bilang jangan cemberut lagi " sambil mengelus kepalaku.

      Memang abang ku satu ini yang paling so sweet ya tumben aja sih jarang abangku kayak gini soalnya tiap hari tu mukanya garang banget beda kayak bang Ibram sama bang Bagas.

       Sesampainya dirumah bang Satria pun langsung bicara dengan orang tuaku. Enatah apalah yang terjadi karna aku langsung kekamar dan tidur begitu awal dari biasanya. Pagi pun menyapa dengan indah...

     " Nek gak jualan?" Tanyaku yang menyemir sepatu.

     " Enggak kak, kamu mau kemana?"

     " Mau latihan paskibraka nek ada lomba soalnya terus zoya pulangnya sore ya nek ada kerjaan dari kang Adit".

     " Kak jangan kerja dulu, ada ayah sama bunda" bisik nenekku.

      Aku mengerti apa yang ada dipikir nenekku tapi namanya aku jika ada suatu pekerjaan aku tak bisa meninggalkannya pada akhirnya nenekku membolehkannya.

       Latihan paskibra pun dimulai lelah keringat pun kami keluarkan dengan begitu semangat. Latihan kali ini merupakan persiapan untuk lomba Paskibraka Provinsi.

      Hari pun mulai siang kulanjutkan aktivitasku dengan bekerja, Ya kali ini buka prewed tapi foto keluarga. Keluarga yang akan ku foto merupakan semuanya abdi negara.

      " Bang gila kali ni keluarga semuanya abdi negara" seruku.

      " Alah kayak kamu engak ya " seru bang Zaki.

      " Selamat datang pak bu " sapaku dengan bang zaki. Ya kali ini bang Zaki yang akan membantuku.

      " Ya dek, ini mana ya Photografernya ?" Tanyanya.

     Keluarga yang akan ku foto ini abdi negara banget, dari ayah,anak laki-laki,menantu laki-laki pun abdi negara.

      " Oh saya pak, perkenalkan nama saya zoya dan ini bang Zaki ".

     " Oh gitu maaf ya dek soalnya tak kira bukan masih kayak anak SMA kalian berdua " dengan heran.

      " Ya pak kami memang masih SMA dan kelas 11. Ya hitung-hitung nambah uang jajan pak  " jawab bang zaki sambil tertawa.

       Alhamdulillah sesi foto pun selesai dan mereka pun menyukai hasil jepretanku sampai-samapi mereka akan memboking kami di pernikahan anaknya.

        Tibalah aku di rumah pukul 18.00 keadaan rumah pun juga terlihat begitu sunyi tak seperti biasanya hanya terlihat beberapa koper tergeletak di atas bale.

      " Assalamaulaikum" salamku.

      " Waalaikumsalam" jawab semua yang ada disana.

       " Kak itu sebagian bajumu bunda bawa duluan ke india, jadi kamu pindah ke India pas selsesai ulangan kenailakan kelas".

      Perkataan yang begitu menyedihkan bagiku. Disini aku merasa tak ada yang mengerti terutama orang tua ku. Memang aku mengerti merka bagitu ingin berkumpul sama-sama tapi aku tak mau harus berpisah dengan keluargaku disini dan sahabatku.

       Tak ada seoarang pun yang dapat menghalangi keputusan kedua orang tua ku termasuk bang Satria dia hanya diam dan menatapku. Aku pun langsung pergi kekamar aku pun terdiam merenung.

        Rasanya sedih sekali memang aku masih bersama keluarga ku disini ya kurang lebih 2 bulan tapi itu akan cepat datangnya. Bunda ayah ku pun berpamitan untuk kembali ke India.

    

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang