Dirinya

405 35 5
                                    

Kemana aku pergi selalu bayanganmu mengikuti diri ku. Menunggu mu yang kini bisa ku tunjukkan. Seperti bintang yang jauh seperti saat ini keberadaan mu yang tak lagi hadir didepanku.

Bingung dengan perasaan ku yang sebenarnya. Janji akan selalu ada untukku dan tak pernah meninggalkanku apa aku berhak mendapatkannya ?

Cinta itu akan datang, apa kini benar namanya cinta datang untukku.

Cinta tak kan salah tapi apa aku berhak menerima cintanya ?

Aku tau dia seperti super stars, banyak orang mengaguminya tapi mengapa dia mengagumiku yang hanya manusia biasa.

" Cinta itu keajaiban "_

" Ngelamun aja dokter Zoya ".

" Maaf ".

" Dokter zoya di pindahin di IGD lagi ya ? ".

" Ya, malah aku suka di IGD ".

" Maaf ya dokter itu pasti gara-gara saya jadi dokter kena imbasnya ".

" Apaan sih, oh ya besok ada anak koas ya ".

" Ya dokter, tapi siapa jadi penanggung jawab mereka ".

Salah seorang dokter pun memgatakan...
" Ya dokter Zoya lah " sambil tersenyum.

Beginilah tugas dokter sebagian kecilnya tapi jalani dengan senyuman saja.

Pagi pun tiba...bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit. Ya kegiatan rutin absen, mengecek rekam medis pasien, dan jadwalku.

" Selamat pagi dokter, ini mahasiswa yang koas dan ini data diri mereka ".

" Makasi ya bu ".

Menyapa mereka dengan ramah dan memperkenalkan diri. Setelah itu aku menjelaskan apa saja tugas mereka selama disini.

Dari tugas dan peraturan telah kujelaskan kini waktunya mereka membuktikan semua teori selama pembelajaran yang mereka dapatkan.

Tak terasa waktu makan siang pun tiba, wajarlah mereka baru pertama menangani pasien yang berbeda karakter terlihat raut wajah yang capek.

" Silahkan gunakan waktu istirahatnya " ujarku.

" Baik dokter Zoya ".

Sesekali melihat hp berharap ada kabar darinya tapi pesan ku tak pernah dibalasnya sudah 2 bulan dia tak ada kabar.

Menghela nafas, para calon dokter itu menghampiriku.

" Permisi dokter, apa kami boleh gabung ".

" Silahkan santai aja. Gak usah formal gitu panggil nama aja ".

Ya berbincang-bincang yang kami lakukan, mendengarkan tentang curhatan mereka semua.

Jam pulang pun tiba, sebelum itu aku melaksanakan sholat magrib di rumah sakit sambil menunggu dokter yang akan menggantikanku di IGD.

Dokter di IGD beberpa waktu ini banyak yang tak ada kadang pun mereka memintaku menggantikannya. Kalau dipikir ini tidak benar tapi sebagai dokter waktu 24 jam itu semua untuk orang yang membutuhkan pertolongan, sumpah itu yang menjadikan ku sebagai seorang dokter.

" Dokter mau pulang ? " tanya seorang perawat.

" Ya ini lagi nunggu angkot ".

" Loh emang kemana mas-mas yang sering jemput dokter, tapi saya perhatikan sudah lama gak jemput? Hehehe maaf dokter jadi kepo " tanyanya.

Hanya tersenyum yang ku tampakkan, aku pun tak tau dia berada dimana. Menunggu cukup lama tapi tak kunjung datang sembari mengecek tas hp ku tenyata tertinggal didalam bergegas kembali ke dalam.

" Dokter...dokter " panggil perawat yang begitu cemas.

" Ya, ada apa suster Veni ".

" Dok, tolong ke IGD sekarang ada pasien yang akan menuju kemari ".

" Bukannya ada dokter Rega ".

" Dokter Rega tidak masuk karna sedang sakit, di IGD lagi kekurangan dokter ".

Bergegas aku langsung menuju ke depan pintu IGD. Sembari melihat laporan yang telah di berikan melalui telepon.

Ambulan TNI memasuki rumah sakit beberapa tentara turun membantu korban yang sudah terlihat tak berdaya. Tapi sesuatu hal terjadi pada diriku, pertama kalinya timbul perasaan tak enak dan kacau dalam hatiku.

" Ah kok gini sih, perasaan biasanya tak begini " sambil menuju pasien itu. Ucapku dalam hati.

Entah perasaan tak enak itu kembali muncul ketika semakin dekat dengan pasien itu.

" Dok tolong...tolong selamatkan komandan saya " ucapnya.

" Tolong tenang dulu biar saya cek ".

Entah aku tak tau yang harus ku lakukan, kaget melihat dia sudah mulai tak sadarkan diri serta darah yg kini mengalir.

Apa yang terjadi padanya...

Melihatnya kini membuatku tak berdaya...berusaha menenangkan pikiran.

" Saya mohon tunggu di luar, suster tolong siapkan semuanya " perintahku.

Berusaha membuat darah itu berhenti, tangannya kini memegang tanganku.

" Abang, harus kuat ya " ucapku.

Pertama kalinya orang yang berarti dalam hidupku kini harus berbaring lemah dihadapanku. Berusaha melakukan yang terbaik, selama oprasi tak hentinya aku terus berdoa.

Matanya kini terus menatapku, aku pun menatap matanya. Semoga dia baik-baik saja.

Assalamualaikum teman-teman, selamat membaca dan makasi sudah selalu menanti cerita ini.

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang