Pertolongan

664 41 0
                                    

Aku pun turun disalah satu rumah sakit yang ada di kota ini. Membeli beberapa obat serta peralatan yang belum tersedia di tempatku.

" Mbak ini semua barang dan obatnya. kok masih betah aja disana kan jauh mbak ? " tanya apoteker tersebut.

" ku pun hanya tersenyum ".

Mengecek kembali satu per satu alat dan obat yang kubutuhkan.

" Alhamdulillah semuanya lengkap, jadi tinggal tunggu bang Satria deh " ucapku.

Seorang dokter pun menghampiriku, ia merupakan temanku yang bertugas dirumah sakit ini.

" Hai " sapanya.

" Hai " balasku.

" Gimana tawaranku ? " tanyanya.

" Enggak deh aku tetap disana aja kalau emang butuh dokter dirumah sakit ini buka aja lowongan atau tawarin ke orang lain aja " tolakku.

" Kamu nih enakan disini, kan jauh kalau disana dan susah juga ".

" Kalau susah aku gak mungkin sampai sini " jawabku sambil meminum air yang ia bawakan.

" Susah juga ngomong sama elu, gue udah susah - susah cari kerjaan ini malah ditolak. Zoya apa lo gak mau cepet - cepet diangkat apa ya kalau lo masih disana bakal susah ".

" Susah itu buat orang yang pesimis ".

" Aneh lo, dengerin gue dah anggap aja ni sebagai rasa terima kasih gue karna lo bantu gue buat skripsi dan matkul yang nilainya jelek itu".

" Enggak saya disana aja itu sudah cukup walau memang tentang material ( Gaji ) saya tidak mendapatkannya tapi ada sesuatu hal yang paling berharga saya dapatkan melebihi semuanya, kalau soal bantuan itu udah kewajibanku sebagai asdos kan itu disuruh "sambil tersenyum.

" Ya.. ya...ya zoya kamu itu dari dulu pintar ngomong deh aku kalah tapi rumah sakit ini juga butuh kamu, butuh dokter ".

" Masih ada dokter lainnya, tapi warga yang ada dipedalaman juga butuh dokter jadi aku akan tetap disana. Gini aja deh setiap aku ke sini aku juga akan bantu dirumah sakit ini ".

" Emang keras kepala kamu, ya udah aku lapar makan yuk ".

" Wah udah nyerah ni debatnya "sambil tersenyum.

Dia ini dokter umum dirumah sakit yang ada di daerah ini, kami kenal sudah cukup lama dia ini kakak kelas ku ketika masih di Universitas dan kami pun wisuda bareng.

Kami pun mengobrol banyak berbagai hal lah walau terkadang dia ini nyebelin dan bawale tapi sebenarnya orangnya itu baik dan humble banget.

Dokter Cantik ini sakligus teman ku bernama violeta margareta, kami memang beda agama tapi dia sangat baik.

" Vio saya pulang dulu ya "

" Lah kok cepet banget ".

" Kan jauh " sambil tertawa

" Udah ku bilang terima aja pekerjaan disini malah gak mau " jawabnya dengan ketus.

Sebenarnya aku belum mau pulang juga, mau jalan - jalan menikmati kota. Aku pun membeli beberapa kebutuhan di swalayan yang ada di kota.

Di kota memang perkembangan pembangunan sudah mulai maju berbeda yang ada di tempatku jangankan sebuah toko lampu pun tidak ada demi memenuhi kebutuhan mereka harus membeli dari negara tetangga karena akses menuju ke sana sangatlah cepat dengan tidak membuang waktu yang cukup lama.

Duduk di bangku taman sambil mengamati lalu lalang kendaraan kini ku merasakan namanya sebuah perbedaan.

Di sebrang jalan seorang mengenakan seragam coklat yang dari tadi menetapku entah siapa dia.

" Siapa sih ngeliatinnya kayak gitu cari mati aja dia " gumamku.

Tanpa rasa takut aku pun membalas tatapannnya hingga membuatnya pergi dari tempat itu.

Kejadian tadi membuatku sedikit kesal, ku pun menelphone bang Satria untuk menanyakan keberadaannnya tapi alhasil tak ada jawaban.

Entah apakah dia orang yang selama ini ku hindari, berusah untuk hilang darinya itu yang ku lakukan sampai saat ini. Kejadian yang tak pernah ku lupakan kejadian yang membuatnya terluka kejadian yang membuatku takut menatapnya lagi walaupun ia tak ingin membahas lagi tapi aku sudah melukainya.

" Bripda. Andre kamu jaga pos dulu saya ada urusan " suruhku.

" Siap ndan ".

Walau takut menemuainya rasa ingin tau apakah dia yang ada disebrang jalan itu. Langkah kaki ku pun menuntun untuk menghampirinya.

Begitu jelas melihatnya, tak ada yang berubah darinya.

" Assalamualaikum dek ".

Sepatu pantofel mengkilap berada di depanku entah siapa dia mataku yang masih melihat kebawah.

" Waalaikumsalam " jawabku.

Membalas salam darinya sekecap mata ku pun tak melihat wajahnya hanya punggung. Entah siapa dia tapi ini yang membuatku penasaran ku pun dengan cepat memanggilnya.

" Maaf anda siapa ? " tanyaku sambil menatap punggungnya.

Pria tinggi berseragam coklat khas dengan topi putih yang ia kenakan menunjukkan wajahnya. Entah kapan terakhir melihatnya mengenakan baju ini.

Terdiam seribu bahasa

Assalamualaiku...
Maaf baru update lagi, selamat memabca....
Jangan lupa vote, comment, dan follow

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang