Diriku

556 36 2
                                    

   Entah yang terjadi semalam dengan ku, bekas peluh ku bawa pulang menandakan kemenanganku semua bela diri yang telah ku pelajari sebagai jurus untuk pedangku.

     " Kak gimana ni ? ".

     " Dek kita mungkin selamat dari orang tadi tapi tak akan mungkin selamat dari orang ini ".

   Tubuh tinggi dan besar mewakili wajahnya yang garang dia merupakan pengawal dadee ku. Semua kelakuan ku tadi akan segera terbongkar aku hanya pasrah apa yang akan terjadi denganku.

    " Tum kaha se ho ? ( dari mana kamu )". Tanya daadee.

     Tak ada suara dari kami berdua kami hanya menatap lantai tak berani melihat wajah daadee.
Semuanya kaget atas apa yang kami berdua lakukan.

    Ayah dan bunda hanya terdiam dan aku yakin mereka sangat kecewa atas tindakan kami. Daadee tak hentinya marah kepadaku setiap aku menjelaskan aku selalu disalahkan.

    Hanya diam kali ini yang bisa ku lakukan, kak Mehtan tak hentinya menangis serta menjelaskan semuanya tapi daadee sedikitpun tak menerimanya.

    Entah mungkin ini sudah takdirku yang harus terus menerus disalahkan, sebenarnya tak hanya ini setiap saudaraku lainnya yang membuat kesalahan selalu aku yang disalahkan.

    Apa aku yang salah? Apa aku terlalu bruntal dimatanya? Tapi aku tak bisa melihat kak Mehtan terus mengeluarkan air mata dalam hati ku aku berdoa memohon ampun atas kebohongan yang akan kulakukan.

   " maaf nenek saya telah melanggar peraturan yang ada di rumah ini dan sebenarnya ini semua rencana saya serta ini bukan salah kak Mehtan ".

    Kak Mehtan terus menatapku ia langsung membantah semua perkataanku tadi. Keadaan daadee yang marah ia pun menyuruhku pergi ke kamar dan tidak boleh keluar serta makan dan seluruh keluargaku dilarang menemui ku.

     Diam diri yang ku bisa lakukan saat ini, perasaan sedih ku rasakan saat ini dalam hati paling dalam ku selalu bertanya kenapa aku selalu salah di mata daadee ?.

     Hari mulai larut malam aku pun tetap membuka mataku, ku coba membuka pintu ternyata pintu itu terkunci serta 2 orang pengawal berdiri tegap di depan pintu.

      Perut ini mulai berdemo, lapar dan haus yang kurasakan bunyi demi bunyi dalam perut semakin keras entah nasib yang sial hari ini.

     " Ini ada roti dan susu " sodor pengawal itu dengan bahasa India.

     " Makasi, kenapa kamu kasi ini ke saya " jawabku dengan bahasa India.

     Dengan wajah yang dingin dia pun tak menjawab pertanyaanku. Di kamar aku hanya bermain komputer setidaknya ada lah yang bisa menghibur di kesunyian ini.

     Pesan dari abang ku " Dek apa kabar, gimana betah disana, udah dapat sekolah, dek abang mau kasih tau kamu kalau abang sekarang di tugaskan di Paspampres dek terus bang Ibram di Malang dan bang Fahmi di Aceh pada jauh semua ni sama kayak adek abang yang lagi jauh sama abang, abang kangen dek kalau ada libur kesini ya dek. Jangan lupa sholat tepat waktu ya " Pesan dari abang Satria.

     Entah harus apa yang kujawab...

Assalamualaikum Wr.Wb
     
   Hallo semuanya maaf lama gak update lagi sibuk persiapan masuk kuliah. Makasi banyak ya udah mau nunggu dan mau kasih tau juga bahwa selanjutnya tidak pakai bahasa India lagi soalnya halaman ceritanya nanti terlalu banyak mohon pengertiannya juga ya 😊😊

     Jangan lupa comment, like, share, and Follow ya

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang