Pengakuan

723 40 10
                                    

Entah ini waktu yang salah atau bagaiman, semoga tidak terjadi sesuatu.
" Dek " memasang wajah yang dingin,bang satria.

" Abang ".
Begitu hening seribu bahasa, dalam hatiku hanya doa beribu doa keselamatan kak mahendra.

" Dek ayok pulang " ajak bang Satria.
Sambil membawa barangku dan mearik lengan ku, aku tau ia masih marah dengan Kak Mahendra tapi abangku ini sebenarnya orangnya gampang banget memaafkan orang tapi entah dengan masalah yang satu ini.

Aku tau dia seorang kakak yang begitu sayang dengan adiknya tapi ini harus aku selesaikan.

" Bang Satria tunggu " hentiku.

" Tak ada jawaban dan ia pu  langsung berbalik badan ".

" Bang saya tau kesalahan saya waktu itu sekali lagi saya mohon maaf, saya mengerti atas diamnya abang terhadap saya jika mungkin ini terjadi kepada adik saya mungkin hal akan saya lakukan ".

" Terus kamu mau apa ? " jawab bang satria dengan ketus.

" Mungkin waktu itu abang ingin melakukan sesuatu terhadap saya, tapi abang tak melakukan karna saya masih terikat seorang taruna. Tapi ini mungkin waktunya ".

Ya allah kenapa menjadi begini ....

" Bang jangan " ku pun langsung memegang tangan bang Satria. Ia melepaskan tanganku dan...

Memegang bahu kak Mahendra...
" Saya memang marah tapi saya tidak dendam dengan kamu, mungkin waktu itu bisa saja menghajar kamu tapi saya tak lakukan bukan karna kamu terikat seorang taruna asal kamu tau saya tidak menghajar kamu karna kesalahan ini bukan dibalas secara tidak seimbang ini masalah yang diselesaikan secara pengertian".

" Baik bang, maaf waktu itu bang saya juga tidak tau kalau Tantri ternyata suka dengan saya. dan jujur bang waktu itu hingga sekarang pun saya masih suka dengan Zoya".

Hati ini seperti terhantam oleh batu akan ucapannya, aku hanya menatap wajahnya dengan tak percaya akan ucapannya. Mungkin memang banyak laki - laki telah mengungkapkan perasaannya terhadapku tapi ia mengungkapkannya di depan abangku.

Entah apa yang harus ku jawab, mungkin amarah abangku yang tadi tidak ada menjadi ada dia pun langsung terdiam dan hanya menatapku.

" Dek ayok pulang ".

Selama perjalanan aku dan abangku hanya diam, mana jalanan sepi ditambah diamana kita berdua. Rasanya aku ingin teriak tapi tak bisa kenapa harus aku yang diposisi ini.

Sesampainya di rumah...
" Dek abang ke barak ya " begitu lesu.

" Abang marah ".

" Enggak sana masuk terus istirahat besok bangun pagi kan katanya mau ada sosialisasi ".

Aku tau pasti marah abangku, mungkin ia tak marah tapi kesal. Aku mengerti keadaan dan posisi bila aku di posisi abangku. Tapi kenapa kak Mahendra ? Aku bingung bagaimana jalan keluarnya, apa yang harus ku jawab tentang pertanyaan mu...

Melamun semalaman dan tak bisa tidur dengan tenang, hari ini ada sosialisasi serta pengecekan kesehatan untuk semua prajurit serta warga yang ada disana.

" dr. Zoya... dr. Zoya... " panggil ku. Aku merupakan rekan dari dr. Zoya aku merupakan dokter tentara.

" Astagfillah, maaf dr. Rizki saya melamun ada apa ? " tanyaku.

" Lagi ngelamun apa kok saya perhatikan diam terus ".

" hehehe gak ada apa - apa, ya udah dokter saya mau cek om-om tentaranya ".

" Sudah sana ditungguin itu, kalau sama saya pada gak mau " canda dr. Rizki.

Mengecek satu per satu, tapi dari tadi aku tak melihat keberadaan abangku. Dimana dia? Ku pun langsung bertanya dengan rekan abangku.

" Permisi mau tanya lihat kapten. Satria?" Tanyaku.

Ia begitu nampak kebingungan aku baru menyadari bahwa mereka yang aku cek merupakan tentara yang baru ditugaskan disini.

" Maaf saya belum mengenal kapten. Satria ".

" Oh maaf saya baru menyadari bahwa om baru pindah kesini ".

" Hehehe jangan panggil om "

Entalah keberadaan bang Satria dimana, sosialisasi berjalan dengan lancar waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul 14.00 siang. masih resah dengan keberadaan bang Satria yang tak tau dimana seseorang pun menghentikan langkahku.

" Assalamualaikum " salam dari seorang pria yang ada di hadapanku.

" Waalaikumsalam " jawabku.

" Masih ingat dengan kakak kan?"

Dia sosok yang mungkin bisa menyelamatkanku

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang