Lari Ayo Lari

1K 46 0
                                    

Di sore yang begitu indah aku menajak semua murid silat. Ya sekarang aku sudah menjadi seorang pelatih, walaupun hanya mengajar tingkat peetama sampai ketiga.
" Ayuk adik-adik kita mulai dengan pemanasan dulu" perintahku.
" Sip kak, kak nanti jadi larinya".
" Jadi adik-adik larinya dari sini sampai sini lagi".
" yah kakak mah".
" Nah nanti kalian larinya bareng kakak yang lain, nah ayuk mulai pemanasan".
" ya kak".

Kali ini aku juga melatih kelas yang lebih tinggi dari biaaanya karna pera pelatih senior sedang melakukan pertemuan jadi kami lah yang harus menghendel.
" Kita lari aja sambil latihan kebugaran". Bang Ilham
" Ya kok bang larinya dari mana kemana nih enaknya". Tanya bang Farhan
" Dari sini terus lewat depan AKPOL terus nanti berhenti dulu baru balik lagi kesini".
" Gak papa gitu kasian yang anak kecilnya lumayan jauh lo bang". Tanyaku
" Gak papa kan ada istirahatnya".
" Ok deh bang".

" Baik adik-adik kita sekarang ada latihan jasmani jadi kita semua akan lari tapi harus rapi jangan ada yang keluar barisan untuk yanh dewasa nanti diawasin sama bang Ilham dan Bang Topan dan untuk yang kecil-kecil ni yang ngawasin itu kakak,mbak dinda,mbak tantri,bang farhan dan bang zaki".
" Baik kak".

Lari pun kami mulai. Kami sangat semangat apa lagi adik-adik yang kecil merka semua bernyanyi. Ada yang nyanyi balonku, halo-halo bandung pokoknya kayak tamasya heboh deh pokoknya. Tak tersa kami pun melewati AKPOL ternya kami harus disuruh berhenti.
" Ada apasih kok berhenti". Tanya mbak Dinda
" Itu kak Taruna AKPOL pada keluar kayaknya lari juga". Jawabku
" Waduh panjang nih, kayak car free day nanti".
" Mbak-mbak ada-ada aja mah".
" Aduh kakaknya ganteng-ganteng". Puji Tantri
" Tan, gak boleh gitu gak enak didenger adik-adik". Tegurku
" Hehehe maaf kak habis ganteng semua".
" Kamu mah itu juga ada yang cantik".

Sambil berhenti karna ada rombongan Taruna AKPOL aku pun kebarisan depan untuk mengordinasikan dengan bang Ilham....
" Gimana nih bang gak lama nanti kalau nunggu itu".
" Insyaallah enggak sekalian istirahat lah".
" Ok deh". Semua anak silat melihat dengan rasa kagum mereka pada taruna AKPOL kecuali aku lagi bisa aja tapi melihat mereka semua aku teringat dengan Bang Genta yang jarang menghubungi ku lagi. Terkadang aku berfikir tentang Bang Genta dia itu seperti angin yang kadang ada lalu menghilang tanpa jejak. Lamunanku terpecah karna ada 2 orang taruna mengenalku
" Halo Zoya" . Sapanya dengan suara kencang sambil ngengarah pada diriku
" Halo juga kak, aku kira siapa kak".
" Loh kamu anak silat juga ya".
" Hehehe iya kak".
" Gak nyangka aja cewek cantik tapi ikut silat manah udah jadi pelatih lagi aduh kalau kitu mah kalah aku ni" Jawab kak Agus sambil senyum-senyum.
" makasi kak atas pujiannya" Jawabku sambil senyum. Jawabbanku membuat anak silat yang tingkat dewasa pada menyorakin ku apalagi bang Ilham dia paling tertawa keras.
" Aduh bang Zoya dibilang cantik, dia mah dibilang ganteng atau maco baru seneng".
" Iya bang dia mah toboy kawak gini mah dibilang cantik".
Tapi yang membuat aku terkejut jawaban dari kak Mahendra. " Mungkin kalian hanya memandang dia tomboy tapi coba kalian lihat dari sisi hatinya". Membuat semuanya membuka mulutnya dan wajah bingung aku pun juga begitu.
" Aduh drama apa lagi ini". Gumamku
" Loh kak kok gak lari ketinggalan tu" tegurku
" Oh ya ketinggalan tu bro nanti bisa digantung kita mah ni" jawab kak agus
" Ya udah saya duluan ya kamu hati-hati, jaga pandangan dan jaga hati buat saya karna saya tau didepan sana banyak yang ganteng dari saya". Kak Mahendra
Diriku seperti tersambar petir entah apa yang tadi dikatakan apakah itu sebuah nasihat atau hal yang lain. Perkataan kak Mahendra membuat semua siswa silat menyoraki ku. Kalau gini terus jadi malu saya mah. Aduh pokoknga jadi bingung ini. Tak terasa kami sudah sampai di padepokan lagi kami mengakhiri dengan peregangan dan doa. Kami pun pulang kerumah masing-masing. Suasana rumah sangat ramai karna nenek ku mendapat pesanan dari tetangga yang sedang mengadakan acara pernikahan.
" Nek tak bantu ya".
" Kamu gak belajar tah ndok".
" Belajar nek tapi sambil kupas bawang ya".
" Terserahnya kakak aja".
Sambil membaca aku sempatkan untuk membantu keluarga ku aku begitu menyayangi meraka semua kasih sayang mereka berikan sangatlah tak ternilai walaupun dirumah sederhana ini kami tinggal tapi banyak kecerian, tawa dan canda disinilah tempatku kembali dari aktivitas sekolah.
" Kak kamu belajar apa". Tanya bapakku yang habis pulang dari tugas.
" Eh bapak ini belajar Matematika sama kimia pak".
" Aduh pelajaran ngitung ya kak kalau itu mah urusan kakak aja bapak nyerah". Dengan ketawa.
" Ah bapak mah, pak Zoya diikuti lomba Matematika sama gurunya kakak ya".
" Alhamdulillah kalau gitu belajar yang rajin biar dapet piala lagi". Yah sebenarnya sih aku dari SD mengikuti lomba Matematika. Awalnya itu karna ada teman bilang bahwa matematik itu susuh saya pun pas itu berpikiran yang sama juga tapi bapak bilang semua ilmu itu gak ada yang susah kalau kita mau coba. Apalagi kakekku bilang bahwa matematika itu ada disekeliling kita. Inilah yang membuat aku termotivasi mengikuti matematika.
" Kak, abangmu pada ngasih kabar gak".
" Belum ada pak, pas terakhir ngabarin mau berangkat ke Lebanon".
" Oh ya ya mungkin disana sulit jaringannya".
" mungkin juga pak, doain aja pak biar lancar tugasnya abang".
" Amin kak, oh ya kak bapak mau tanya kamu tadi ngobrol sama anak taruna AKPOL ya".
" Ya pak, loh bapak kok tau".
" Tu abang mu zaki cerita katanya digombalin ya, emang mempan kak" tanya ayah dengan menggodaku
" Mah bapak gitu bang zaki didengerin dia mah ember" Membuat semuanya tertawa.
" Terus cerita nah kak mumpung bapak disini".
" Lah biasanya juga bapak mah disini, bapak kan ndak tugas di perbatasan lagi".
" Oh ya bapak lupa, kalau gitu cerita nah"
Aku pun bercerita dari kita ketemu habis itu kejadian tadi sore membuat semua para pendengar tertwa dengan ceritaku. Yah gimana enggak aku bercerita itu lengkap sekali sebenarnya bapak udah tau dari bang zaki tapi bapak kira aku mengurangi ceritanya tapi ini malah berbeda. Tapi walau aku dibuly habis-habisan tapi aku sangat senang melihat tawa mereka semua.
" Mak lihat tu bapak ketawain kakak" adu ku pada mamak gita( istri dari bapakku/ pakdhe wahyu)".
" Lagian kamu tu kak udah dikode tu sama mas tarunanya". Goda mamakku
" Lah dikode gimana sih mak gak ngerti". Sontak semua tertawa kembali.
" Aduh susah ya punya cucu cantik". Jawab nenekku
" Lah nek aku gak cantik ni". Tanya mbak gita yang baru pulang dari kampus.
" Aduh cucuku semuanya ganteng dan cantik". Puji nenekku
" Pak lagi pada apa sih kok pada ketawa sampai kedengaran sampai luar". Tanya mbak gita yang kebingungan. Dan akhirnya aku menjelaskan pada mbak gita dari awal sampai akhir. Tapi malah mbak Gita juga ketawa.
" Aduh aku kalah ni sama adikku yang toboy, apa aku harus jadi kamu dek biar dideketin sama mas taruna" goda dari mbak Gita.
" Ah mbak apaan sih orang juga kakaknya tu mungkin ngasih tau dan ngingetin aku agar menempuh sekolah dulu" Jawabku dengan kesal.
" Kamu mah dikode gak peka". Jawab mbak Gita yang mulai kesal dengan tingkahku.
" Aduh ribet kayak mencahin sandi aja".

Sambil berbincang-bincang aku buka laptopku. Teenyata ada pesan dari Bang Genta.
" Assalamualaikum dek". Salammya
" Waalaikumsalam bang, apa kabar bang kok lama gak ngechat" tanyaku.
" Tak kira kamu udah lupa sama abang".
" Aku kira abang yang lupa sama aku".
" kamu lagi sama keluargamu gak?"
" Kok nanyain keluargaku" Gumamku.
" Ya ni bang lagi kumpul".
" Kabarnya keluargamu gimana". Pertanyaan bang Genta membuatku semakin bingung.
" Alhamdulillah sehat semuanya bang, emang kenapa ya bang".
" Kalau keluargamu sehat aku yakin kamu juga sehat dan baik-baik aja".
" Wah aku kira ada apa bang, kan nanyak langsung kan bisa".
" Enggak ah biar beda".
" Maksudnya beda gimana ya".
" Ya biar beda sama yang lain". Jawaban Bang Genta membuatku semakin bingung akan maksudnya. Tambah bingung bagi ku memding mecahin soal sandi angka, matematika dari pada mikirin maksud ucapannya. Hahahaha emang baling beda aku yah ribet.
" Gak belajar kamu".
" Ni lagi belajar nyarik kumpulan soal di internet".
" Ya udah belajar sana saya juga mau ada kegiatan".
" Ok bang lah masih ada kegiatan ya".
" Ya dek ni aja baru dari lapangan".
" Semanga ya bang".
" Makasi dek ya udah dulu ya ".
" Assalamualaikum".
" Waalaikumsalam".
Diriku bertanya-tanya kok bisa ya bang Genta bisa chat aku padahal aku tau ini bukan jadwal seorang taruna tingkat 2 memegang alat komunikasi. Tak mau berpikir panjang aku pun kembali mencari-cari soal. Hari semakin larut tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.00 malam. Sebelum aku tidur ku ambil air wudhu segera ku laksanakan sholat sunnah ( sholat malam). Karna tadi aku dan keluarga ku melaksanakan sholat isya bersama-sama. Selesai sholat aku pun tidur di kasur kesayanganku.

ASSLAMUALAIKUM....
Gimana nih ceritanya... semoga kalian senang... jangan lupa follow,like,comment ya...

TERIMA KASIH😁😁😁

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang