Puncak Ogal-agil (Gunung Arjuno)

465 33 1
                                    

Setelah beristirahat dengan waktu yang tersisa kini waktunya kami menuju impian yakni puncak Ogal-agil rasa lelah dan letih yang kami tahan semua sudah terbayar oleh terbitnya matahari.

Melihat keindahan dari ketinggian merupakan hal yang luar biasa, keindahan yang tak bisa diungkapkan oleh kata-kata. Bahagia yang kurasakan bisa menatap serta menyapa matahari dari ketinggian puncak gunung arjuno.

" Bang makasi ya " senyumku.

" Aku yang berterima kasih ke kamu dek ".

Genta...

Betapa besar kekuasaan tuhan menciptakan alam seindah ini, bangga terhadap kekayaan alam Indonesia. Bahagianya bisa mengagumi keindahan yang kau ciptakan.

Dalam doa yang ku panjatkan ini semoga aku bisa melihat keindahan dan kebesaran atas alam yang allah ciptakan ini bersama orang yang kau ciptakan untukku.

Ketika doa itu seorang wanita kini berada tepat dihadapanku, dan mengatakan terima kasih kepada ku. Wanita yang selalu aku kagumi tapi tak bisa aku tampakkan akan kekagumanku.

Kami pun menikmati pemandangan dari atas awan melihat awan yang bergerak melihat hamparan awan yang melayang...

" Dek makasi sudah berjuang bersama " sambil memberi senyuman kepadanya.

Balasan senyuman yang ia tampakkan. Kami pun juga berfoto dan banyak sekali kami mengabadikan lewat foto.

" Bang foto dekat bunga adelwis yuk tapi hati-hati jangan sampai merusak ".

" Siap calon ibu persit ".

Melihat senyumnya saja membuat orang meleleh kini aku pun terjebak dalam senyumnya. Masih ingat betul pertama bertemunya senyum yang ia berikan seketika menghentikan waktu yang berjalan.

Entah rasa ini semakin lama makin muncul rasa sayang tapi aku tak mungkin mengatakannya takut kehilangannya itu ketakutan terbesarku, mungkin bukan saatnya tapi dari pertama kali bertemu di setiap doa sholat sepertiga malam kuselipkan namanya semoga takdir menyatukan kita.

" Bang kok ngelamun ? ".

" Astagfirllah... enggak papa dek ".

" Bang ayo turun ini sudah jam 8 ".

Kami pun memutuskan untuk turun selama turun aku melihat dari belakang merasa kegembiraan berlipat-lipat sesekali berjalan sambil berlompat-lompat kecil seperti anak SD.

Oh ya waktu pulang kami sempat tetap akan melewati jalur yang sama seperti saat awal menuju puncak karna Zoya pingin sekali lewat jalur Lincing akhirnya kita pun memutuskan lewat jalur itu.

( catatan : Bila para pembaca ingin mendaki sebaiknya jangan seperti cara yang pada cerita ya lebih baik menggunakan jalur sama dari awal hingga turun pendakian )

Untungnya saja ada beberapa kenalan pendaki yang juga turun gunung melewati jalur itu. Sempat cemas sebenarnya tapi melihatnya begitu kegirangan membuatku tersenyum.

" Ayo heh semangat " teriaknya yang kini mendahuli kenalan para pendaki.

" Weh wis dhisik i".

Flasback malam hari di Mahapena...

Kami pun juga memutuskan untuk berkemah di Mahapena. Malam hari di Mahapena begitu indah, sambil berbaring melihat hamparan langit yang luas dengan hiasan bintang.

"Ngapain bang, nih mie nya sudah jadi".

" Ya dek taruh aja disitu masih asik lihat bintang ".

" Ih sambil makan nah ".

" Iya ibu dokter ".

Kami saling berbincang-bincang dan banyak pendaki yang berkemah disini. Mungkin memang benar alam yang akan menyatukan semua umat tak akan memandang dari mana seperti saat aku di lembah tidar.

" Dek tau gak ? " tanyaku.

" Apa bang ".

" Dulu abang gak pernah dekat sama perempuan mungkin kamu sudah tau tentang itu, hampir gak pernah jalan sama cewek selain kamu ".

" Memang kenapa sih bang ? ".

" Karna abang dulu takut kalau harus hanyut dengan namanya cinta ".

" Oh gitu toh kalau adek mah walau punya teman cowok banyak tapi anehnya bisa merasa aman baru sama bang Genta aja aku jujur nih ".

Sontak kaget akan ucapannya lalu ia menyodorkan minum.

" Pelan-pelan bang makannya ".

Menatap matanya...
" Kenapa ? ".

" Karna nyaman dan mersa dijaga aja itu yang adek rasakan, bang makasi ya sudah mau jadi abang terbaik buat Zoya ".

Rasanya meledak hati ini, jawaban yang sebenarnya tak kuinginkan dan bukan jawaban ku harapkan tapi aku harus menahan rasa ini lebih baik dia menganggapku sama seperti awal bertemu dari pada aku kehilangannya.

" Ya udah zoya tidur duluan ya selamat malam bang Genta ".

" Malam Zoya ".

Mata belum juga terpejam kata-katanya terus terbayang apa hanya bisa menjadi seorang kakak baginya...dalam hati terus berkata semoga doa setiap sholatku terjawab. Tiada yang tidak mungkin kekuatan doa yang lebih besar.

Doa yang selalu ku panjatkan...
" Ya allah ya rabbana maha pencipta dan maha pemberi nikamat setiap sepertiga malam selalu ku curahkan isi hati ini yang engkau ciptakan dengan perasaan. Ya Allah engkau menakdirkan setiap umatmu berpasang-pasangan dan setiap doaku selalu memohon kepadamu jagalah dia. Kini hanya bisa menitipkannya lewat doa ini, mengagumi dan memujinya lewat doa ini ridhoilah semua pertemuan yang sudah engkau rencanakan ini, bila dia jodohku selalu dekatkan hamba dalam petunjukkmu, semoga wanita yang selama ini menemani hamba wanita yang engkau takdirkan sebagai penyempurna dalam menjalankan ibadah kepadamu ".

Assalamualaikum...
Terima Kasih sudah selalu membaca cerita ini dan tunggu part selanjutnya...

Jangan lupa vote, comment, follow, dan share ya...

Tak Sempat Memiliki (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang