12

1.5K 165 31
                                    

Hari Minggu ini sepertinya Fara akan menghabiskan waktu bersama Andre lagi. Sebenarnya Fara tidak ingin terlalu sering berjumpa namun tak menampik jika terkadang diselimuti rasa rindu tiba-tiba ingin melihat pria itu.

Fara sudah mulai mencintai Andre?

Jawabannya bisa dibilang iya. Fara suka cara Andre memperlakukannya amat sangat lembut dan manis. Meski masih merasa marah karena Andre yang sudah membuatnya hamil sekarang tapi setidaknya kini Fara punya sosok yang bisa diandalkan. Semakin jatuh ke dalam pelukan Andreas Wiratama yang menerima dia apa adanya.

Perbedaan umur yang jauh sudah tidak lagi Fara masalahkan. Dia mau jadi istri dari pria itu.

"Tadi kamu udah sarapan kan sebelum pergi?" Andre langsung melempar pertanyaan untuk Fara begitu dia masuk ke dalam mobil.

Sebelum menjawab Fara terlihat sibuk memakai seatbelt lalu ia menggelengkan kepalanya. "Belum, Mas Andre. Aku makan dikit aja pas pagi tuh pasti percuma ntar bakal kebuang juga. Mual gitu."

Tiba-tiba Andre meletakkan telapak tangannya di atas pucuk kepala si puan membuat Fara seketika menoleh. Fara melihat Andre dengan seksama, dalam jarak dekat seperti ini wajah tampan Andre benar-benar mampu membuatnya menjerit tapi dibungkam paksa.

"Kamu harus makan Fara walaupun cuma sedikit. Kamu gatau ya kalau bayi tuh bisa lapar juga?" Mulai deh Andre posesifnya. Fara terkekeh kecil karena gemas. "Kita cari sarapan dulu ya."

Lalu perempuan itu mengangguk polos.

Andre mulai melajukan kendaraannya.

Selama di jalan nyari sarapan mereka udah gak canggung buat saling ngobrol.

"Fara."

"Ya?"

"Tadi malem aku kasih tahu Ibu soal kamu yang udah hamil."

Maka Fara sontak menoleh pada orang di sampingnya itu kesekian kalinya. Bola mata Fara terpaku menatapnya.

Ingin mendengar Andre bicara lagi maka Fara diam saja.

"Ibu marah banget bahkan di depanku dia nangis," kata Andre lagi.

Hatinya seperti diremas-remas, sakit sekali mendengar cerita dari pria yang Fara tahu sangat dekat dengan ibunya itu. Fara menunduk sebab tidak tahu harus memberi reaksi apa yang tepat.

Belum lagi ketika Fara memerhatikan wajah tampan yang masih menyetir itu terdapat jejak kemerahan di pipi tirusnya.  Refleks tangan Fara terulur mengusapnya.

"Aw," Andre memekik tak sengaja dan meringis kesakitan karena itu.

"Ini pipi Mas Andre kok merah, kenapa?" tanya Fara.

"Ibu sempet nampar aku karena aku cuman bisa minta maaf, gak ngelakuin apa-apa. Aku bilang sama Ibu kalau aku kan pasti tanggung jawab," jawab pria itu.

Kebetulan di seberang jalan ada yang jualan bubur ayam. Andre menghentikan mobilnya ke pinggir jalan.

"Udah aku gapapa kok. Kamu percaya sama aku kalo aku gak bakal lari dari tanggung jawab ini, kan?" Andre bukan lagi bocah ingusan yang kalau pacarnya hamil duluan bakal minta si pacar buat aborsi bayi tak berdosa itu lalu mereka putus supaya tak saling kenal lagi, itu bukan Andre banget lah. Andre hidup dan dibesarkan di keluarga yang beradab. Ia mengambil tangan perempuan di sampingnya untuk dikecup. "Aku sayang sama kamu, Ra. Ayo kita rawat bayi ini bareng-bareng."

Detik selanjutnya setelah ucapan Andre berhenti malah Fara menangis kencang sambil memukul-mukul perutnya sendiri.

"Lho heh kamu ngapain ini, Fara? Jangan kayak gini dong, nanti perut kamu sakit!! Fara udah, udah!" Andre otomatis megang tangan Fara supaya perempuan itu gak bergerak lagi.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang