42

584 78 12
                                    

Happy weekend~~

Fara termenung sembari menatap ponselnya yang sedang berada di satu ruang chat grup. Sudah lama sekali ia tidak menyapa teman-teman kuliahnya di dalam grup whatsApp itu akibat terlalu fokus menjadi istri sekaligus ibu di umur yang masih muda.

Ia sudah tidak pernah lagi ikut-ikutan mengobrol dalam grup itu sehingga Fara berpikir untuk keluar dari grup obrolan mereka. Hati Fara perih ketika menekan tulisan exit group yang tertera di depan matanya.

Andai Fara masih lanjut kuliah mungkin sekarang dia sudah berada di semester akhir.

Bahkan sampai detik ini pun wanita itu masih belum berani bertanya pada sang suami perihal dirinya yang masih bisa melanjutkan kuliah atau tidak nantinya.

Melihat sikap Andre yang dingin dan sedikit pemarah itu tak menampik jika Fara cukup takut padanya.

Ketenangan Fara terusik saat mendapati Andre yang masuk ke dalam kamar sambil membawa Adrian yang menangis kencang.

Lantas ibu dari dua orang anak itu terhenyak untuk mendekati suaminya.

"Kenapa Mas kok Adrian sampe nangis gini?" Cepat-cepat Fara menarik tubuh Adrian agar berpindah ke gendongannya.

"Badannya Adrian panas banget kayaknya dia demam deh. Padahal tadi asik terus main bareng Aruna dan adiknya lho. Coba dicek dulu kamu kan Ibunya pasti lebih paham," jelas Andre.

Ini akhir pekan yang mana biasanya Andre akan mendapatkan jatah libur dari mengajar di kampus. Pria itu hanya akan menghabiskan waktu istirahat itu dengan mengurus dan bermain-main bersama anak-anaknya. Itulah mengapa Fara dapat bersantai di kamar tadinya.

Fara terlihat sibuk secara tiba-tiba. Wajahnya kelihatan panik serta gelisah.

"Iya Adrian jangan nangis lagi ya ini udah sama Ibu kok. Sakit ya badannya, Nak?"

Ia mengambil termometer untuk mengecek suhu tubuh Adrian.

Tak lama kemudian, Fara menghela nafas gusar dan makin murung.

"Adrian beneran demam, Mas. Kita ke rumah sakit ya?" ajak Fara.

Suhu tubuh Adrian mencapai sampai 38° C ketika Fara periksa. Ia juga memberikan Adrian plester penurun demam yang selalu disediakan sebagai stok. Namun, Fara merasa kalau anaknya tetap membutuhkan perawatan lebih maksimal dari tenaga medis secara langsung.

Maka ketika Andre mengangguk mampu menciptakan setitik kebahagian dari wanita itu. Rupanya Andre masih mempunyai kasih sayang untuk anak-anaknya.

"Aku nunggu di depan ya, mau siapin mobilnya dulu." Pria itu menarik jaket yang tergantung di balik pintu lalu bergegas keluar dari kamarnya.

Sementara Fara menyusul setelah ia sedikit merapikan penampilannya.

"Ibu sama Ayah mau ke mana?" Aruna yang ada di ruang tengah tiba-tiba menghalangi langkah Fara yang terlihat buru-buru.

"Aruna di rumah aja ya jagain adek Ariel, Ibu sama Ayah mau ke rumah sakit. Adrian demam," jawab Fara. "Bi, tolong lihatin anak-anak bentar ya. Kita ke rumah sakitnya gak lama kok."

"Iya Mbak. Dari bangun tidur tadi Mas Adrian udah lumayan hangat badannya Mbak tapi Bibi gak curiga kalau Mas Adrian sakit makanya cuma Bibi kasih makan sama susu yang banyak aja," balas Bi Siti.

Fara manggut-manggut. "Gak papa kok Bi yaudah aku pergi ya Bi, nitip rumah juga."

Bi Siti mengangguk patuh. Ariel yang digendong Bi Siti hanya diam memandangi kepergian ibunya. Sementara Aruna berlari mengikuti wanita itu.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang