31

787 94 36
                                    

Pagi ini keluarga Wiratama akan sarapan dengan cukup banyak orang di meja makan itu. Andre dan Fara keluar dari kamar secara bersama. Pun tampak keduanya saling bergandengan tangan, di mana moment tersebut hampir tak pernah keduanya lakukan. Karena mendadak keduanya tampak lengket, tentu itu bukan datang dari keinginan masing-masing. Melainkan Andre lah yang memaksa.

"Morning semua." Andre menyapa sembari memundurkan kursi agar istrinya duduk di sana.

"Uti kira kamu gak bakalan nikah, Nduk." Bukannya membalas sapaan itu namun ejekan sudah datang dari bibir neneknya.

Andre berdecak. "Gak mungkin lah Eyang Putri orang Andre ganteng banget gini."

"Halah iku yo kalo ora aku sing nesu-nesu njaluk ndang rabi yo bakal betah ngejomblo, Bu." Ayu menimpali.

"Kui iki lho anakke dhewe ojo ngunu lah. Andre ape sukses, mapan ndisik baru yo siap nggawa wedokan, Yu. Bener kan, le?" Ketika neneknya berbicara dengannya maka Andre hanya manggut-manggut. Ia kurang mengerti dengan bahasa tanah kelahirannya itu sebab dulu lebih banyak menetap di luar negeri karena studi.

"Wis lah ndang mangan kowe loro yen nyocot kali pun kalah ombo e." Kakek sudah menegur otomatis dua perempuan tadi terdiam.

Fara duduk di antara tengah-tengah Ayu dan Andre. Ia tak terlalu banyak bicara karena masih malu-malu. Padahal selama ia perhatikan, kakek dan nenek suaminya itu sama saja kepribadiannya seperti sang mertua. Baik dan ramah.

"Makan yang banyak ya biar cucunya nenek sehat!" kata Ayu tiba-tiba menaruh nasi dan lauk-pauk yang jumlahnya melimpah di piring Fara yang sebelumnya masih kosong.

"Bu, Fara aja nanti bisa ngambil sendiri kok," ujar wanita muda itu sedikit sungkan.

Di meja makan itu setiap ada obrolan Andre hanya sesekali menyahuti.

"Maksute Eyang Kakung sama Uti ke Jakarta mau bikin tujuh bulanan bojomu, Andre. Kowe pas nikah durung dimeriahke tho." Neneknya bicara lagi.

Andre melirik Ayu dengan alis yang naik turun.

"Kata Uti tuh kamu kan nikah belom ada acara yang meriah nah ini mau bikin acara syukuran yang besar buat tujuh bulanan istri kamu." Ayu menerjemahkan.

Andre mendengus. "Gak usah repot-repot. Yang penting di doakan aja bayinya sehat."

"Wis kowe meneng ae lah." Sambil menempeleng pipi putranya itu Ayu mengomeli.

Kalau sudah ada Ayu memang Andre jadi tak punya kekuatan apapun. Ia cenderung akan mendadak jadi anak mama! Sangat diam dan manja.

Sebentar lagi kehamilan Fara masuk ke trimester tiga. Saat sudah tujuh bulan keluarga Wiratama ingin mengadakan acara adat yang banyak dianut di Jawa. Lalu ada juga acara syukuran untuk mendoakan kelancaran persalinan untuk si ibu beserta anaknya. Fara dan Andre tak diberi waktu untuk komplain karena ini acara spesial untuk mereka.

Begitu selesai sarapan Andre pamit untuk pergi bekerja.

"Kok masuk ke kamar lagi?" tanya Fara karena suaminya itu bukan segera berangkat kerja malah kembali ke kamar.

"Kamu jangan ada bilang-bilang kalau Aruna pernah tinggal di sini. Kamar Aruna juga jangan dibuka. Bisa kan Ra ikuti omongan saya?" pinta Andre.

Fara mengangguk. "Iya Mas. Kamu tenang aja aku pasti bisa atur semuanya kok. Udah buruan ih kerja sana."

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang