58

314 42 33
                                    

Back to part 36

Hari itu Juan sengaja mondar-mandir keluar dari apartemen. Alasannya satu, agar bisa lewat di depan satu apartemen yang menjadi sumber kegelisahannya. Di sana sejak tadi berisik sekali. Ia penasaran. Padahal setahunya, setiap kali suami dari si pemilik apartemen pulang mereka selalu terdengar tertawa seakan sedang sangat bahagia.

Tidak kali ini, teriakan bahkan jerit tangis benar-benar memusingkan kepala Juan yang mendengarnya.

Dia takut terjadi sesuatu yang buruk di sana.

Terutama pada Jessie dan Aruna.

Ya, Juan sudah mengenal keduanya cukup lama. Tapi tidak dengan suaminya itu. Juan jarang sekali bertemu dengannya, bahkan suami Jessie pun kelihatan hampir tidak pernah keluar dengan istrinya sendiri. Entah pekerjaannya apa sehingga membuatnya sering pergi jauh sampai lupa rumahnya untuk pulang.

Sekitar satu jam berlalu, keributan itu sudah mereda. Dahi Juan mengerut serta alisnya yang naik-turun cukup menjelaskan bahwa dia sangat kebingungan saat itu. Bagaimana tidak, pintu apartemen Jessie dan Tiyan terbuka lebar begitu saja. Pun kedua indra penglihatan cowok itu secara tidak sengaja menangkap kepergian Tiyan yang sangat buru-buru, pun pakaiannya misterius sekali. Serba hitam dari ujung kepala sampai kaki.

Maka dengan perasaan sedikit bimbang namun sepertinya dia memang harus masuk ke sana, Juan pun melangkahkan kakinya dengan tegas.

Jantungnya hampir merosot jatuh tercerai-berai, kakinya seketika lemas mendapatkan pemandangan di depannya itu.

"J-jessie."

Mulutnya kelu.

Ada seorang wanita dewasa di dalam apartemen itu sudah terkulai tak berdaya. Kepalanya mengeluarkan banyak darah, pun mulut yang terus berbusa. Kedua kelopak mata Jessie yang basah karena air mata hampir tertutup secara sempurna. Seakan-akan sudah berada di tengah-tengah situasi ingin menutup mata untuk waktu yang lama, tetapi berusaha untuk sadar untuk melihat adakah seseorang yang membantunya.

"Aku akan menyelamatkan kamu. Bertahan ya."

Terlebih dulu Juan menutupi seluruh badan Jessie dengan kain karena wanita itu sudah ditemukan dalam keadaan setengah telanjang. Juan menduga bahwa sebelum mendapatkan kekerasan fisik dari suaminya Jessie sempat melakukan hubungan seks dengan pria itu.

Langkahnya tergopoh-gopoh menuju mobil. Jangan sampai ada yang melihatnya.

Lalu, tangan Juan pun dengan cepat berlari di atas layar yang saat ini digenggam. Dia harus meminta bantuan kepada kepolisian agar mencari jejak Tiyan yang sudah menghilang entah kemana. Dirinya juga kelihatan menghubungi satu partnernya buat ikut bekerja sama menyelamatkan nyawa Jessie yang terancam.

Sebisa mungkin Juan mengencangkan laju kendaraannya. Ia harus mencari rumah sakit terpencil, tetapi tetap mempunyai peralatan medis yang memadai. Terutama saat ini pria itu butuh ruang operasi. Keadaan Jessie kritis dan itu benar-benar sangat memprihatinkan.

"Saya dokter juga, Sus. Teman saya keadaannya dalam bahaya." Juan menunjukkan id card pada seorang suster yang terus menolaknya karena ingin menangani sendiri pasien yang ia bawa.

"Biarkan dokter ini mengambil akses ke ruang operasi Sus saya yang akan meminta izin langsung nanti pada Pak Direktur." Dari arah lain seorang dokter cantik dengan pakaian serba hijau yang mana sepertinya ia baru selesai mengoperasi pasien datang. Keringat di pelipis yang membasahi malahan membuatnya kelihatan seksi dalam balutan seragam medis itu.

"Tapi Dokter Kirana untuk besok saja jadwal operasi di rumah sakit akan rame," balas suster tadi.

Hari memang sudah larut malam, pun aneh bagi suster itu jika tiba-tiba ada seseorang yang mengaku dokter ingin meminjam akses di ruang operasi di rumah sakit itu. Dia benar-benar sangat mempertimbangkan keinginan Juan, tetapi setelah tahu bahwa Kirana justru mendukungnya ia pun kelihatan tidak bisa banyak memprotes.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang