47

456 59 14
                                    

Bukan langsung menjawabi pertanyaan Fara malah Andre meminta izin supaya malam itu biarkan ia menginap. Beberapa hari belakangan jam tidurnya berantakan.

Andre butuh waktu sedikit sekalipun cuma untuk tidur saja.

Lantas mana mungkin Fara menolak karena ia pun sadar bahwa suaminya itu kelelahan seperti tengah menopang beban yang amat berat.

"Besok pagi beneran pulang sama aku ya, Ra?"

Tangan kecil Fara ia genggam erat dan ditaruh di atas dadanya.

Pun Fara kini sudah merebahkan tubuh menghadap Andre yang bersiap untuk tidur.

Fara mengangguk. "Iya Mas. Aku gak mau kehilangan kamu lagi."

Kalimatnya sangat menenangkan. Andre tersenyum bahagia.

Sama, dia takkan mau kehilangan wanita kesayangannya itu sampai kapan pun.

Cukup ini yang terakhir Fara pulang ke rumah ayahnya.


Paginya, Javiar dibuat kaget saat menemui ada Andre keluar dari kamarnya-sementara waktu dipakai Fara yang pulang.

"Eh lo ngapain di sini, Om?" Bukan memanggil Kakak atau Abang sekalipun padahal Andre ini kakak iparnya, Javiar dengan enteng memanggil Om, masih sama seperti saat-saat pertama kali mereka bertemu.

"Jemput Kakak kamu," jawab Andre.

"Ngaco lo, Om. Kalian kan udah mau pisah." Javiar merebut Ariel yang ada di gendongan ayahnya.

Tapi lengan cowok itu ditahan oleh Fara yang baru keluar juga dari kamar. Ia menggendong Adrian. Sudah rapi penampilannya.

"Biarin anak gue sama ayahnya, apaan sih lo," omel Fara.

"Kok lo malah belain dia? Gak ingat apa lo udah dituduh Bunda sebagai orang yang udah jeblosin Jeffreyan ke penjara, kan gara-gara Om-om ini Kak." Javiar marah sudah jelas sebab yang ia tahu hanya kehidupan penuh luka yang Andre berikan kepada Fara selama mereka menikah. Itulah sampai saat ini jika boleh jujur mengapa Javiar belum bisa menerima sosok Andre sebagai kakak iparnya.

"Om apa sih, dia ini kakak ipar lo ya Javiar, sopan sedikit." Capek Fara meminta pada adiknya untuk baik pada sang suami, tapi tak pernah diindahkan.

Andre mengelus punggung Fara untuk menenangkan.

"Sudah Ra, gak apa-apa. Kamu udah siap? Pastiin gak ada yang ketinggalan ya," ucapnya.

"Iya Mas udah semua kok masuk ke koper. Ini diaper bag-nya mereka juga udah, yuk pamit sama Ayah," balas Fara lembut. "Ayah mana?"

Fara ketus pada adiknya yang menatapnya dengan sorot yang tak bisa ditebak.

Yang jelas mampu membuat Fara ingin mencolok biji matanya karena tatapan itu amat mengintimidasi.

"Yee ditanyain bukannya jawab lo. Yah, Ayah?? Mana sih?" Fara menyusuri rumahnya mencari keberadaan sang ayah.

Tapi nihil. Erlangga sudah tidak ada di rumah.

"Kayanya Ayah udah berangkat ngojek deh Mas. Yaudah pulang yuk, nanti pamitan dari telepon aja." Fara bicara pada Andre lagi yang langsung mengangguk setuju.

Dijemputnya Fara oleh sang suami maka Javiar yang melihat kepergian mereka cuma bisa berharap bahwa ini keputusan terbaik yang kakaknya ambil dan suaminya benar-benar bisa membuat Fara bahagia kali ini.

Sampai di rumah kediaman keluarga Wiratama.

Dari suasana yang ramai maka Fara bisa tahu kalau ucapan suaminya benar bahwa keluarganya yang berasal dari Jogja datang.

"Apa kata keluarga kamu nanti Mas kalau tahu aku pulang ke rumah Ayah?"

Fara takut sekaligus malu.

Kakinya berat melangkah masuk ke dalam rumah.

Jika nanti baik kakek nenek dan bibi suaminya yang datang dari Jogja melihatnya menenteng koper besar pasti mereka langsung berasumsi jelek. Mengira pasti rumah tangga putra kesayangan mereka sedang berantakan, meski yang sebenarnya memang itu yang terjadi.

"Udah gapapa Ra gausah takut nanti aku bilang ke mereka kamu pulang ke rumah Ayah karena kangen, bukan karena kita sempat berantem. Mereka tuh ke Jakarta cuma mau fokus pada pemulihannya Kirana. Liburan gitu," jelas Andre.

"Kamu belum cerita soal Kirana kenapa Mas kok sampai mau adopsi Aruna," balas Fara.

Andre merangkul istrinya. "Iya pasti aku ceritain kok. Kita masuk dulu ya."

Saat masuk di dalam rumah maka kedatangan mereka disambut dengan suasana hangat keluarga Andre yang ramai sedang sarapan.

"Lho ini Andre. Kowe wis tekan ndi ra mulih-mulih? Ibumu ki lho kangen." Nirina-ibu Kirana yang lumayan bawel langsung menyambut Andre dengan logat Jawa yang kental membuat pria itu terbingung.

(Lho ini Andre. Kamu udah dari mana aja kok gak pulang-pulang? Ibumu kangen.)

Ayu menatapi anaknya dan wanita di sebelahnya lekat.

Ia bisa langsung tahu kalau Andre tidak pulang pasti mendatangi rumah istrinya untuk menjemput.

"Jemput Fara Bulik dia pulang ke rumah ayahnya. Biasalah kakeknya anak-anak kangen," jawab Andre.

"Oalah. Yowis sarapan sek kene," ucap Nirina lagi.

(Oalah. Yaudah sini sarapan dulu.)

"Nggak deh Andre mau ganti baju aja. Anak-anak juga masih ngantuk, mau diboboin lagi. Ayo, Ra." Andre tersenyum simpul di hadapan keluarganya.

Juga dengan Fara yang menundukkan kepala pertanda izin masuk ke kamar pada keluarga suaminya itu dengan penuh sopan.

Kalau ditanya sejak kapan keluarga Andre yang dari Jogja datang maka mereka sudah sampai di Jakarta dari satu minggu yang lalu.

Andre sempat kaget dengan kedatangan mereka apalagi mengingat masalah yang ia hadapi sedang cukup ruwet sehingga rasa-rasanya rumah pun malas untuk menerima kedatangan tamu.

Namun, setelah tahu maksud kedatangan Nirina (adik Ayu) beserta anak-anaknya untuk berlibur sebab Kirana baru saja keluar rumah sakit pascaoperasi kista ovarium. Agar tidak stress maka anak itu dibawa pergi untuk liburan.

Satu-satunya trauma yang Kirana dapatkan dari penyakit kista ovarium itu ia jadi takut tidak bisa hamil. Padahal dokter mengatakan masih ada peluang baginya untuk mengandung. Tidak boleh putus asa lebih dulu.

Juan-suami Kirana pernah datang pada Andre untuk bicara empat mata mengenai niatnya yang ingin mengadopsi salah satu dari ketiga anak omnya itu.

"Jadi Om maksudnya Juan sama Kirana mau adopsi entah itu si Ariel, Adrian atau Aruna juga cuma buat dijadiin pancingan siapa tahu dengan merawat salah satu dari mereka Kirana jadi punya semangat lagi kalau dia masih bisa hamil, aku gak mau Om lihat Kirana sedih terus merasa gagal jadi istri karena takut gak bisa mengandung."

Orang tua mana yang ikhlas memberikan anaknya pada orang lain. Apalagi Andre sebagai ayah yang baru saja merawat Aruna masih butuh banyak waktu untuk mengeratkan bonding diantara mereka.

Tidak mungkin memisahkan si kembar dari ibunya. Itu kesalahan yang salah apalagi rumah tangganya sedang tidak baik.

Mungkin membiarkan Aruna bersama Kirana dan Juan untuk beberapa waktu adalah keputusan yang terbaik.

Selain membantu Kirana, Andre pikir ini cara agar menyelamatkan pernikahannya.

Fara masih seringkali cemburu buta kepada anak seusia Aruna.

"Maafin Ayah, Nak. Ayah gak maksud nelantarin kamu tapi mereka juga bisa jadi orang tua yang baik buat Aruna."

Ketika Andre keluar kamar ia memang menemukan Aruna yang sudah riang gembira tampak bermain dengan Kirana yang wajahnya sudah tidak murung lagi seperti terakhir kali ia lihat.












Haruskah aku kasih visualisasi Kirana dan Juan🤔

Yuk vote comment hihi🥺🥺🥺♥️

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang