24

893 112 20
                                    

Happy reading💕

Di depan ruang poli kebidanan dan kandungan itu dua orang keluar dari sana menampilkan ekspresi yang jelas berbeda maknanya. Fara tak menunjukkan wajah keramahan sama sekali. Justru seseorang di belakangnya, ada tampak semburat rona merah yang pekat menghiasi senyumnya itu. Seakan sudah jelas kalau ia tengah berbunga-bunga saat ini.

Alih-alih pergi bersama dengan suami, justru Fara mengecek kandungannya ditemani oleh kakaknya, Jeffreyan. Jeffreyan menutup pintu ruangan tersebut pelan lalu berdiri di samping Fara. Ketika senyumnya merekah maka lesung pipi yang manis itu terbit. Bahagianya dia saat ini seperti bayi yang ada di dalam perut Fara itu adalah darah dagingnya. Jeffreyan sudah antusias sejak adik tiri sekaligus mantan pacarnya itu mengatakan minta untuk diantar ke rumah sakit.

Ini kalau bukan karena ibu mertuanya pulang ke Yogyakarta tentu saja Fara tak perlu meminta bantuan Jeffreyan. Pasti orang-orang di sekitar lingkaran rumah sakit itu mengira mereka pasangan suami-istri muda yang menanti anak pertama mereka.

"Inget ya kata dokter kamu gak boleh stress trus pola makan dijaga. Oh iya, selamat ya." Jeffreyan tersenyum sumringah sambil mengusap-usap pundak Fara yang dirangkulnya.

Fara mengangguk patuh. "Thanks Kak. Pasti kok aku akan ikuti kata-kata Dokter. Kamu gak tahu aja kalau ibu mertua aku itu over posesif banget sama kehamilan aku ini Kak, gak usah khawatir, aku gak bakalan bandel sama omongan dokternya tadi kok."

"Bagus deh kalau gitu. Setidaknya walaupun Andre kurang perduli sama kamu, tapi ibunya dia sayang sama kamu, Dek." Jeffreyan tahu kalau keluarga Wiratama cukup baik. Dia bisa memastikan jika Fara akan aman bersama mereka.

"Kira-kira Mas Andre bakal bahagia gak ya Kak kalau tau dia bakal punya anak kembar?" tanya Fara.

Fara tak pernah memimpikan akan diberi dua bayi sekaligus jika kelak ia hamil, tetapi lihatlah, tadi saat pemeriksaan kandungan justru dokter telah mengonfirmasi jika istrinya Andre itu hamil anak kembar. Kondisi bayi dan ibunya sehat. Itulah yang menjadi alasan hati Fara kali ini berbunga-bunga sekali, kehamilannya baik-baik saja.

Lengan Jeffreyan terulur ke arah rambut Fara yang ia elus dengan gemas. "Pasti seneng lah Dek, ini kan anaknya dia juga."

Tindakan Jeffreyan itu membuat Fara bergeser pelan untuk menjauhi. Wanita itu jadi sedikit risih kalau Jeffreyan mulai memberi perhatian berlebihan padanya.

"Kak, udah yuk pulang aja. Aku udah mulai capek," keluh Fara.

Jeffreyan mengangguk. Ia cukup tahu kalau ibu hamil biasanya akan lebih gampang lelah daripada kondisi mereka yang sebelumnya.

"Kamu ke mobil duluan ya biar aku beliin vitamin kamu." Pasti mengesalkan sekali malah Jeffreyan yang lebih setia berada di sisi Fara, tetapi situasi tersebut memang sengaja oleh pria itu ambil mengingat dia masih sangat mencintai mantan pacarnya. Jeffreyan pintar-pintar membaca situasi di mana ia merasa perlu untuk mendekati Fara. Seperti kejadian hari ini contoh baiknya.

"Makasih banget lho Kak." Fara tersenyum tulus untuk pria itu yang dibalas sekadar anggukan singkat.

Jeffreyan tak terlalu perlu ucapan terimakasih itu, ia hanya ingin memastikan Fara selalu baik-baik saja hidupnya.

Dalam perjalanan menuju lobi rumah sakit keduanya tak terlalu banyak mengobrol. Fara sesekali mengelus perutnya secara satu arah dan itu terlihat tulus sekali. Ia sangat menyayangi anak-anaknya meskipun belum terlahir ke dunia. Sementara Jeffreyan hanya fokus berjalan.

Namun, tiba-tiba langkah Fara terhenti. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak kencang, pun firasatnya kurang enak.

Di satu lorong rumah sakit ia melihat ada pasangan yang tampak dari jauh terlihat putus asa di depan sebuah ruang rawat yang sudah disterilkan dan dijaga cukup ketat. Fara menyipitkan mata. Dari bagian samping wajah pria yang tengah memeluk wanitanya, Fara merasa sangat tak asing. Kakinya berjalan pelan ke arah yang semakin ke depan.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang