20

1.3K 134 34
                                    

Di ruang kerjanya saat ini Andre terlihat cukup sibuk. Beberapa kali kening Andre mengerut ketika merasa ada yang janggal. Seperti saat ini, dia bingung ketika sedang melihat daftar kehadiran mahasiswanya.

Tepatnya daftar kehadiran mahasiswa di kelas Fara. Nama Raya dan Delia tak pernah dibubuhi tanda tangan satu pun di mata kuliah yang Andre masuki. Dua mahasiswi itu selalu absen semenjak tanggal di mana Fara sudah cuti kuliah hingga sekarang.

Sebelumnya, justru Raya dan Delia bisa dikatakan rajin hadir. Andre baru tersadar jika kelas Fara setiap ia masuk untuk mengajar selalu tampak tenteram. Sebab perusuh di kelas itu sudah menghilang entah ke mana.

"Pak Wira!" Andre menegakkan punggung. Ia menghadang orang lain yang baru masuk yang ada di ruangan khusus para dosen fakultas ekonomi itu.

Wira Prayoga, dosen fakultas ekonomi mata kuliah manajemen akuntansi itu sontak tersenyum untuk Andre yang pintu ruang kerjanya dibiarkan terbuka lebar.

Pria keturunan Tionghoa itu menyandarkan tubuh di ambang pintu ruangan Andre, memosisikan tangan tersilang di depan dadanya. Terjadi percakapan singkat namun tak melenceng dari topik dari rasa penasaran Andre saat ini.

"Iya kenapa, Pak?"

"Pak Wira baru aja masuk di ekonomi semester empat kelas B kan, Pak?"

"Iya nih, kenapa emangnya?" 

"Ini Pak masa ya ada dua mahasiswi yang gak masuk terus waktu saya ngajar. Boleh lihat buku absen Bapak?"

"Boleh banget. Nih."

Menyodorkan buku panjang bersampul warna navy blue itu pada Andre. Wira memang dikenal sebagai dosen yang paling dekat dengan Andre saat di kampus. Selisih umur mereka hanya satu tahun. Terkadang sering keluar bareng sekedar makan atau ngopi.

Andre cukup dibikin tercengang ketika menemukan nama Raya dan Delia mengisi daftar kehadiran hari ini di kelas Wira. Dia menghela nafas, mengembalikan buku itu pada pemiliknya lagi.

"Kenapa sih Ndre? Nyari nama gebetan lo?"

"Gebetan ndasmu Wir, istri gue di rumah ya cantik. Ini ada mahasiswi yang gak pernah masuk di kelas gue tapi di elo mereka ada nih. Aneh banget."

"Lo sih dosen killer gimana gak kabur merekanya."

Andre refleks hampir melayangkan kotak kacamatanya ke depan muka Wira yang saat ini terkekeh-kekeh. Formalitas cenderung terjadi di awal percakapan, ujung-ujungnya ya saling meledek seperti ini.

"Santai dong jangan marah-marah Pak Andre ntar ubanan lho." Wira tertawa puas maka Andre semakin merengut. Ia kembali bicara. "Emang siapa-siapa aja sih? Jadi kepo gue kok mereka gak mau masuk di kelas lo."

"Shazna Raya trus yang satu lagi Adelia Indriana," jawab Andre.

Kedua bola mata Wira cepat mencari nama-nama tersebut pada buku yang dipegang. Lalu tak lama berdecak yang membuat Andre mengernyit bingung.

"Mereka mah tadi masuk kok," jawab Wira.

Andre diam membisu, malas merespon. Masalah ini berhasil membuat kepalanya pusing, pun emosi sudah mengepul di atas kepala. Mahasiswa-mahasiswanya memang punya sifat yang beragam sehingga harus sabar-sabar menghadapi mereka.

"Ya lo tinggal ngasih D aja Ndre di hasil studi mereka nanti hahaha... beres kan? Ntar kalau ngulang ya bakal ketemu lo lagi, pasti takut dah tuh dua orang, mana berani lagi bolos." Wira menggulung buku absen yang dia pegang lalu dipukul-pukul di atas telapak tangannya. Sungguh random. "Gue masuk ya."

"Oh oke Pak Wira, thanks ya." Keduanya saling berjabat tangan, Wira mengangguk pelan dan barulah berlalu dari depan Andre saat obrolan sudah diakhiri.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang