29

769 107 41
                                    

Saat menemukan ada Jessie di depan rumahnya lantas senyum indah Andre merekah. Andre pun langsung memberikan Aruna yang berada di gendongannya agar mendekati sang ibu lagi yang mulai sejak tadi malam mereka sudah tidur secara terpisah. Benar, Andre sudah membuat keputusan jika Aruna akan tinggal di rumahnya mulai sekarang.

"Aruna rewel gak, Ndre?" tanya Jessie, ia mendekap erat sang anak karena cukup merindukannya.

"Nggak Jessie, dia baik banget udah mulai suka sama aku." Ada sebuah kebahagiaan yang kini Andre rasakan mengingat Aruna sudah nyaman bersamanya. Ternyata begini sensasi menjadi seorang ayah. Rasa-rasanya Andre tak ingin pergi bekerja, cuma ingin bermain dengan anaknya itu saja.

Pernyataan itu cukup untuk menciptakan nafas lega Jessie. "Bagus deh. Yaudah aku pamit ya mau nganterin Aruna ke daycare-nya, takut telat."

"Kamu kenapa naruh Aruna ke daycare, Jes?" Sejak tahu jika Aruna ditempatkan di sebuah yayasan penitipan anak maka hal tersebut membuat penasaran Andre mengapa Jessie terkesan mengenyampingkan urusan anaknya sendiri. Padahal di umur Aruna saat ini adalah masa di mana bonding ibu dan anak semakin erat sebab anak yang semakin aktif dan mulai ingin tahu hal baru membutuhkan pemantauan yang lebih ekstra.

Jessie terdiam sejenak. Wajahnya yang tak menunjukkan ekspresi senang.

"Aku sibuk kerja juga kan, Andre. Lagian di daycare itu Aruna akan lebih pinter, di sana banyak edukasi yang bagus buat anak-anak seusia Aruna," jawabnya.

Cukup logis. Andre hanya membulatkan mulut seperti setuju-setuju saja.

Lalu, dia merogoh saku celananya.

"Semalem udah aku bilang kamu kalau mau berangkat nganterin Aruna ke sekolahnya atau mau ke kantor pakai mobil aku aja dulu. Ini ambil," ucap pria itu menyodorkan kunci mobil ke arah Jessie.

Wanita yang hampir menjadi istrinya itu mengernyit keheranan. "Ih buat apaan. Gak mau ah."

"Pakai aja. Udah yuk berangkat bareng." Andre menyisir rambutnya ke belakang. Dia berjalan lebih dulu menuju garasi yang sudah terbuka lebar pintunya. Sehingga kini jajaran kendaraan mahal yang Andre miliki terpampang jelas.

Andre bukan berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Meskipun Andre cuma berprofesi dosen. Harta yang ditinggalkan ayahnya saat meninggal dunia sangat berlimpah. Pun dulu Andre pernah menjadi CEO di sebuah perusahaan manufaktur yang mana mengalami kebangkrutan besar-besaran.

Karena dilarang menolak mau tak mau kini kunci mobil itu sudah di genggaman Jessie.

Maksudnya Andre atas pernyataan berangkat bareng bukan berarti mereka berada dalam satu mobil yang sama. Hanya saja waktu perginya yang sama. Mereka naik ke mobil milik masing-masing.

Di lain sisi, memperhatikan dua buah mobil sudah pergi keluar dari area rumah keluarga Wiratama sehingga Fara keluar dari balik kaca jendela itu.

Tangan yang mencengkram gagang pintu seperti sudah siap menghancurkan benda itu akibat rasa marah yang mendominasi.

Fara tak habis pikir bisa-bisanya Andre memperlakukan seperti tak ada harga diri seperti ini. Statusnya sebagai istri benar-benar tak penting di mata pria itu.

Jessie memang sangat cantik. Ia juga beruntung sekali bisa memikat hati Andre dan Tian yang sahabat dekat dalam sekali rayuan saja mungkin. Akan tetapi, Fara merasa dirinya lebih mulia dari perempuan itu. Ia jujur, tak munafik seperti tampang Jessie yang anggun namun penuh kejahatan.

Membicarakan Jessie, setelah mengantarkan anaknya ke sebuah penitipan anak ia terlihat berhenti di pinggir jalan. Seperti sedang menunggu seseorang. Ah, pikirannya kembali dengan pertanyaan Andre tadi. Seketika tawanya tiba-tiba menggelegar.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang