55

372 48 20
                                    

Saat melihat Andre keluar dari kamar mandi sudah rapi dengan pakaian serba hitam, Fara yang duduk di ranjang sedang asyik-asyiknya melakukan panggilan video dengan anak-anaknya otomatis terhenyak.

"Kamu mau ke mana Mas udah rapi gini?"

"Mau nemenin Ibu ke makam Ayah. Gak papa yah aku keluar bentar, Ra?"

Maka Fara meletakkan ponselnya di atas tempat tidur, kemudian berjalan menuju sang suami.

"Aku ikut ya?" mohonnya.

Wanita cantik itu masih sangsi kalau ada yang berusaha menerornya lagi. Sehingga selalu tak ingin jauh-jauh dari suaminya selama mereka ada di Jogja.

"Aku bukan gak ngasih kamu ikut ke makam Ayah, apalagi kamu emang belum pernah ziarah ke sana, kan? Tapi Sayang ada baiknya kamu di rumah aja yah soalnya biar jagain Aruna juga," jelas Andre.

Fara memanyunkan bibirnya cukup dibuat untuk muram karena jawaban Andre itu.

"Yaudah deh. Kamu hati-hati yah Mas." Diraihnya tangan sang suami untuk dicium.

"Iya makasih Sayang. Kalau ada hal aneh sedikit pun di rumah ini langsung kabarin aku," pinta pria itu.

Istrinya mengangguk patuh. Fara bergerak maju untuk masuk ke dalam dekapan Andre. Ia menyamankan pelukan itu. Kini rasa-rasanya Andre sudah seperti candu untuknya.

Pun Andre membalas pelukan itu dengan erat. Paham benar bahwa Fara masih ketakutan karena teror kemarin benar-benar ditujukan untuknya seolah berharap agar dia terus merasa ketakutan dan berakhir depresi.

Sepeninggal Andre yang hari ini berziarah ke makam ayahnya bersama dengan ibunya, maka Fara bingung harus melakukan apa di rumah keluarga Andre yang di Jogja itu. Ia tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan rumah karena sudah banyak asisten rumah tangga di sana. Sangat membosankan. Kalau begini keadaannya, Fara jadi kangen sama Ariel dan Adrian.

Fara menyalakan televisi yang ada di kamar. Tapi malah duduk termenung di tempat tidur. Ia menscan seisi kamar seakan sambil mencari ide supaya bisa melakukan satu hal saat ini.

Tok.. tok... tok..

Lantas istrinya Andre itu terhenyak dan langsung menoleh ke arah pintu kamar.

Baru saja Fara ingin menapakkan kakinya ke lantai, tetapi orang yang ada di balik pintu sudah bersuara.

"Mbak Fara ini aku Kirana, boleh masuk gak?"

Oh Kirana ternyata.

"Iya boleh kok, Kirana. Masuk sini," jawab Fara.

Knop pintu diputar, kepala Kirana menyembulkan. Ia menyengir, kelihatan malu-malu.

"Mbak lagi apa?" tanya Kirana sembari berjalan memasuki kamar pasangan Andre dan Fara itu.

"Gak lagi ngapa-ngapain sih, cuma duduk nonton tv aja, Kir," jawab Fara apa adanya.

Kirana membulatkan mulutnya. Perempuan yang seumuran dengan Fara itu memilih duduk di sofa.

Karena hal itu seketika membuat Fara otomatis berdiri.

"Duduk di sini ajalah bareng aku biar ngobrolnya enak," ucapnya.

Tapi Kirana menggelengkan kepala. "Sini aja Mbak Fara, masa duduk di tempat tidur kalian, kan gak sopan entar."

"Santai aja sama aku kali, Kirana." Agar mengobrolnya jauh lebih nyaman maka Fara duduk berhadapan pada Kirana saat ini. "Kamu mau ngobrolin apa, hm?"

Tampak Kirana terlihat mengambil pergelangan tangan Fara, kemudian dia genggam.

Fara bisa merasa kalau sepupu Andre itu memang seperti tengah ingin mengobrol serius dengannya.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang