48

435 57 21
                                    

🔞‼️

Suara berisik yang memekakkan telinga mereka abaikan begitu saja. Duduk santai di depan bar, tak peduli dengan orang-orang yang berjoget ria di belakang mereka. Bahkan masih santai mengobrol sekalipun ada wanita malam yang menggelayuti pundak mereka.

Andre meneguk segelas kecil bir dalam sekali waktu. Tampangnya yang tampan dan gagah bukan berarti ia mempunyai toleransi yang tinggi terhadap minuman beralkohol. Ia cuma sesekali menyicipi itu pun kalau benar-benar sudah pening dengan huru-hara kehidupannya sendiri.

"Berapa menurut lo bagusnya?"

"100?"

"KALIAN BERTIGA GILA!"

Wanita itu sudah menangis kencang tapi sejak tadi tak diindahkan malahan ditertawai.

Jeffreyan berdiri dari duduknya. Senyumnya yang menyembulkan dua lesung pipi dari tempat persembunyiannya tampak manis padahal ia sosok yang tak kalah menyeramkan.

Jari-jarinya yang kekar meraih rambut Rose untuk disampirkan ke belakang telinga. Tangis lirih wanita itu tidak didengarkan.

"Aku bosan sama kamu makanya aku kasih kamu ke cowok yang lebih kaya. Salah, Rose?" katanya.

"Kalo kamu bosan pacaran sama aku yaudah kita putus bukan malah jual aku seperti ini, Jeff!" Rose menekankan ucapannya, tapi bicaranya pelan sekali seolah-olah cuma Jeffreyan yang bisa mendengar.

"Gak mau tuh. Aku harus bikin kamu nangis dulu lah." Setelahnya tawa Jeffreyan menggelegar.

Sementara dua pria di belakangnya cuma menyeringai.

Jeffreyan pikir ia bisa hidup tanpa Rose pada awalnya. Namun, setelah dipikir-pikir pun itu cuma omong kosong mengingat dirinya tidak bisa menetap cuma pada satu wanita selama ini.

Setelah putus dari Rose benar kalau Jeffreyan memfokuskan perhatian pada Chaeyeon.

Alih-alih menjauhi Jeffreyan yang sudah mempunyai kekasih baru, justru Rose sendirilah yang mengemis cinta laki-laki itu. Sehingga membuat Jeffreyan risih dan berakhir tragis seperti sekarang.

"Buruan Jeff gue ngantuk. Berapa nih?" Wira dengan suaranya yang berat menepuk pundak Jeffreyan dengan akrab.

Tatapan Wira pada Rose bukan mengartikan maksud yang jelek. Malah sorot sendu yang terpancar.

Ia merasa turut sakit melihat Rose yang menangis memohon-mohon sejak tadi. Namun, dengan cara membayar wanita itu Wira pikir mampu membebaskannya.

Padahal tidak pernah terpikir hal kriminal ini dia lakukan. Keadaan yang mendesak. Ini pun menjadi waktu pertamanya bertemu dengan Rose.

"Yaudah 100 ajalah. Kayak yang Andre bilang. Terserah mau lo pake buat apa aja ini cewek. Gak guna." Jeffreyan mengoceh.

Di bawah sana jari-jari Wira sudah mengepal kuat.

Wira mengeluarkan ponselnya, meminta Jeffreyan menyebutkan nomor rekeningnya agar transaksi gila itu cepat terselesaikan, seharga seratus juta yang harus Wira keluarkan dan barulah dia bisa membawa Rose pergi sejauh mungkin.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang