76

282 43 8
                                    

Semua yang terjadi pada part ini hanya berdasarkan imajinasi jadi situasinya benar-benar aku ciptakan sendiri. Maaf mungkin jika nanti merasa sulit dimengerti.

Met baca❣





Berada di kediaman keluarga Wiratama. Pagi ini situasinya bukan sedang hangat dan penuh kekeluargaan, tetapi justru hanya ada cemas dan gelisah yang tengah mereka rasakan.

"Kami sudah memberi waktu tiga hari untuk Anda mengosongkan rumah ini Bu tapi kalian tidak menggubris permintaan kami ini sama sekali. Jadi sudah tidak ada lagi negosiasi yang bisa kita lakukan bersama."

"Tapi tetap gak bisa gini juga dong Pak, saya memang sudah memberikan sertifikat rumah ini sebagai jaminan jika kami memang kalah, tapi tidak dengan denda sebesar 112 milyar itu. Kami tidak akan meninggalkan rumah ini pokoknya jika ketentuan itu yang kalian minta!!"

Diutusnya belasan bodyguard untuk menghadang eksekutor itu. Ayu sudah berderai air mata berbicara pada orang di depannya.

Perusahaan yang mendalami bidang tekstil milik Ayu dan suaminya sudah tidak diragukan lagi kesuksesannya. Namun, tepat tiga bulan yang lalu ia bekerja sama dengan perusahaan lain untuk mensukseskan satu proyek kerja bersama. Kedua perusahaan tak main-main dalam memberikan jaminan andai proyek mereka nanti gagal.

Dan hasilnya justru tingkat keberhasilan proyek itu lebih besar diciptakan oleh perusahaan rivalnya, mereka menang dan berhak untuk memiliki jaminan yang telah keluarga Wiratama janjikan. Yakni rumah mewah itu dan tiga mobil berharga fantastis.

"Saham perusahaan Anda bahkan sudah dibeli sepenuhnya oleh atasan kami Bu, itupun ternyata kalian mempunyai hutang pada Bank dan atasan kami yang memutuskan untuk membereskan semuanya. Jadi cukup masuk akal kenapa atasan kami ini Bu mendapatkan uang sejumlah segitu Bu." Rasanya kepala Ayu sudah siap meledak mendengarnya. Ia memandang sendu sang anak yang hanya bisa menunduk. Tidak bisa terlalu menyalahkan Andre dalam situasi seperti ini mengingat anaknya memang tidak menggeluti bidang sepertinya dari dulu, anaknya sekolah tinggi-tinggi karena memang suka belajar dan keinginan terbesar memang ingin menjadi dosen. Lalu apalagi jika diingatkan bahwa Andre masih dalam tahap penyembuhan dari amnesianya itu, malah semakin perih hati Ayu untuk berniat menyalahkan sang anak. "Jadi tolong jangan hadang kami seperti ini lagi Bu."

Benar-benar ricuh di sana. Banyak wartawan yang datang, pun tetangga tak kalah kepo.

Ayu hanya bisa diam di tempatnya sekarang. Sementara di sisi kanan dan kirinya para pekerja rumah mencoba menenangkan dan berkata sabar dalam menghadapi ujian ini.

Mereka pikir kehidupan mereka akan semakin bertambah bahagia semenjak Andre sudah tidak lagi memperistri Fara, tetapi Ayu sadar malah yang ada kesialan yang terus menghampiri. Keluarganya yang di Jogja pun tengah kalut sebab ayah Ayu terkena stroke belum lama ini, semakin ragulah wanita itu untuk menceritakan terkait nasibnya yang bangkrut sejatuh-jatuhnya. Dan lagi, Ayu makin mumet karena sahabatnya yakni orang tua dari calon istri Andre sudah terlalu mendesak untuk minta dinikahi secepatnya. Maka karena tidak ingin dianggap sebagai keluarga yang terlalu banyak memberi janji manis, dalam waktu satu bulan ke depan pernikahan yang kedua putranya itu direncanakan akan terselenggara.

Tapi jika sudah begini kondisinya benarkah tetap melakukan pernikahan tersebut adalah hal yang pantas?

"Gimana kalau Ibu dan Mas Andre sementara waktu tinggal di rumahku ya? Rumah yang lain kok, bukan rumah yang aku tinggali bareng Bapak sama Ibu." Ajeng mengelus lengan calon mertuanya yang wajahnya sudah pucat.

Ayu menggeleng. "Tidak perlu Nak, Ibu sama Andre di hotel saja."

Sebelum meninggalkan rumah itu Ayu memandanginya lambat-lambat. Banyak kenangan yang mereka ciptakan di sana. Namun apalah daya kini istana itu sudah bukan milik mereka.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang