40 [END]

1K 99 46
                                    

Semua memang akan kembali pulang pada-Nya. Namun, Aruna tidak menyangka mamanya pergi secepat itu.

Sudah dua tahun terlewat. Aruna mulai menerima harus menetap di rumah Andre tanpa pernah ada kabar dari orang tuanya. Saat pertama kali Andre memberi tahu Aruna ibunya telah meninggal dunia ia tidak mengerti. Ia hanya mampu menangkap pernyataan jika Jessie sudah senang di surga yang indah. Malah anak itu antusias ingin menyusul sang ibu.

Hati Andre saat itu benar-benar hancur. Ia telah merusak masa kecil anaknya sendiri. Meskipun ia tahu Jessie tidak terlalu ingin merawat Aruna, akan tetapi anak perempuan itu ternyata paling tidak bisa tinggal jauh dari ibunya.

Aruna sudah berumur lima tahun. Ia mulai memahami saat orang dewasa bicara. Itulah mengapa Andre berpikir baru akan mengajak anak itu mengunjungi makam ibunya. Setidaknya Andre merasa jiwa Aruna sudah siap untuk mengetahui jika fakta ibunya takkan kembali untuk selamanya.

"Ayah, kok kita ke sini?" tanya Aruna langsung ketika mereka berdiri di depan tempat pemakaman. Anak itu menggenggam erat tangan ayahnya.

Andre tidak menjawab pertanyaan tersebut. Cuma tersenyum lalu memimpin langkah keduanya.

"Aruna tahu ini tempat apa?" ucap Andre.

"Kuburan. Kata Bu guru kita kalau udah meninggal rumah barunya di kuburan, Yah." Anak seusianya memang sangat lugu.

Tiba ketika mereka sampai di satu makam. Semuanya tampak berbeda. Cuaca jauh lebih dingin dan sendu.

Andre meminta Aruna supaya ikut berjongkok serta sembari membersihkan makam di depan mereka.

"Je... ssie." Suara Aruna terdengar menggantung karena kesulitan membaca dengan masih mengeja. Ia membaca tulisan di batu nisan begitu seksama. "Kok kayak nama Mamaku?"

"Kita taburi bunga sama disiram pakai air ini dulu ya, Aruna. Jangan lupa berdoa, baca al-fatihah Aruna kan hapal yah." Andre hati-hati membimbing anaknya itu. Ada goresan tersendiri yang nyeri hatinya rasakan.

Aruna bisa apa selain melakukan yang Andre pinta.

Anak itu begitu penurut mendengarkan semua ucapan ayahnya itu.

Usai membawakan doa keduanya mengusap tangan di wajah.

Andre menatap sendu Aruna yang hanya diam namun ia kelihatan bingung.

"Ayah, ini makam siapa?" tanya Aruna tidak lupa atas rasa penasarannya.

Andre menaruh telapak tangannya di atas kepala putrinya. "Maafin Ayah harus mengatakan ini."

Yang diajak bicara masih diam untuk mendengarkan.

"Mama udah pergi meninggalkan kita. Mama udah tenang ya Nak di surga. Aruna gak papa yah, kan ada Ayah," lanjut Andre.

"Mama mati?" Terdengar frontal namun itu keluar dari bibirnya yang polos.

"Mama udah bobo yang enak banget di surga-Nya Allah. Dia udah bahagia. Kata Mama, Aruna jangan pernah sedih karena nanti dia ikut sedih. Kata Mama juga, kalau Aruna kangen tinggal lihat ke atas nanti Mama datang. Mama sayang banget sama Aruna tapi dia harus pulang duluan yah ke rumah Allah. Aruna gak papa yah? Anaknya Ayah kuat banget, kan?" Suaranya begitu lembut di dengar. Tapi tidak mampu mempertahankan hujan di mata Aruna yang deras keluar.

Aruna bergerak gesit memeluk nisan.
"Mama!"

Ayahnya tidak menyuruh agar berhenti menangis.

Justru Andre paham perasaannya sehingga membiarkan Aruna menangis sejadi-jadinya sampai anak itu tenang sendiri.

"Kenapa Mama ninggalin aku?! Aku gak mau sendiri di sini. Aku mau ikut Mama ke Surga!" teriak anak itu.

Andre mengelus pipi Aruna. "Jangan gitu dong Arunanya Ayah. Yang tabah, Nak. Mama udah tenang di sana, Aruna sama Ayah aja sekarang yah. Anak Ayah yang cantik ini kuat."

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang