14

1.3K 165 16
                                    

Fara merasa kalau berat badannya mulai naik lalu perutnya sudah terlihat lebih menonjol meski tak terlalu terlihat di depan orang-orang jika tak diperhatikan dengan teliti.

Semenjak dikasih obat dan vitamin dari dokter kandungan yang waktu itu Fara datangi setidaknya hal itu dapat bekerja untuk meringankan rasa mual yang setiap pagi selalu mengusiknya. Fara jadi enjoy ngampus walaupun lagi hamil gini.

Kedekatannya dengan Andre cukup memberi rasa curiga dari teman-temannya, terutama Raya yang emang gampang kepoan. Jujur Fara pengin banget bilang sama sahabatnya itu kalau dia dan Andre itu saling kenal—di luar formalitas sebagai dosen dan mahasiswa. Pun sekarang sedang hamil anak pria itu.

Iya, dia udah gamau nutupin semuanya lagi. Toh Raya dan Delia itu sahabatnya, kan?

Tapi butuh timingnya yang pas itu kapan, Fara gatau.

Fara menumpukan tangan di atas dagunya. Pikirannya berkelana entah ke mana. Di kelas pasti kondisinya selalu ramai namun Fara tetap merasa seperti sedang sendirian. Sifat introvertnya bisa muncul pas momentum kayak gini.

Ting!

Kak Jeffreyan

Ketemu di belakang gedung teknik bentar yuk

Satu baris pesan itu hanya Fara lihat dari layar notifikasi. Fara menghela nafas gusar. Entah apa yang masih diinginkan Jeffreyan kali ini.

Laki-laki itu memang masih sering mengganggu Fara padahal mereka udah putus.

Fara berdiri sembari merapikan pakaiannya, "Gue ke toilet dulu ya."

Raya dan Delia memasang ekspresi yang berbeda-beda untuk bereaksi. Kalau Raya mengernyit heran sedangkan Delia langsung mengangguk seolah mempersilahkan.

"Lo sering ke toilet mulu dah. Kenapa?" tanya Raya.

Delia menoyor Raya setelah itu, "Lo aneh ya, Ray! Masa orang kebelet gak boleh ke toilet sih? Pergi aja sana Far keburu merembes tuh."

Fara hanya terkekeh lalu ia berjalan keluar dari kelasnya.

"Ada yang gak beres sama itu anak, seriusan deh." Raya mengikuti gerak-gerik Fara yang masih bisa dijangkau oleh penglihatannya. Tapi justru Delia tidak menanggapinya.

Fara tiba di belakang gedung teknik yang kebetulan dekat dengan perpustakaan umum. Walaupun lumayan banyak dilewati orang-orang tapi bisa dibilang Fara sering pergi ke sana, ya untuk ketemuan sama Jeffreyan doang.

"Kak Jeff!" panggil Fara.

Jeffreyan yang berjongkok sambil memainkan ponselnya sontak menoleh.

Cepat-cepat beranjak dari posisi itu ketika mendapatkan orang yang ditunggu telah hadir.

Dia tersenyum, "Kirain gamau dateng. Chatnya belum ada kamu lihat."

"Aku baca lewat notif, Kak." Fara menjawab.

Jeffreyan membulatkan mulutnya, paham. Lalu ia menyodorkan kotak makan dan sweater rajut berwarna coklat susu ukuran xl kepada Fara yang kini terheran-heran.

"Ini apa?" tanya Fara.

"Ini ada sandwich tadi aku bikin di rumah sengaja buat kamu. Trus sweater supaya kamu gak kedinginan. Tau sendiri kan sekarang ini lagi musim hujan," ucap laki-laki yang mempunyai lesung pipi itu.

Tapi buat apa ini semua Jeffreyan?

"Random banget, Kak. Kenapa sih lo?" tanya Fara lagi.

"Nggak apa-apa Dek, pengen aja atuh. Lagian walaupun kita udah putus gue mau memposisikan diri sebagai kakak buat lo selama di kampus. Gak keberatan kan?" terang Jeffreyan.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang