19

1.1K 145 40
                                    

Andre menemukan Fara yang cenderung diam belakangan ini. Hal itu cukup menyita fokusnya. Tidak henti memikirkan perihal Fara yang jadi dingin seperti ini.

Ia menguatkan bahu, senyumnya terbit dengan tegas, saat ini Andre sudah berdiri di depan kamarnya. Di tangan dosen itu tampak ada buket mawar putih menggantung. Nantinya akan Andre berikan untuk Fara. Andre ingin berusaha untuk mengembalikan keceriaan Fara lagi.

Mengingat jika saat ini istrinya itu sedang hamil, Andre selalu berusaha dengan maksimal tak ingin membuat Fara sampai stress.

Pintu kamar terbuka setengah, perlahan ia melangkahkan kakinya masuk lebih dalam. Andre sudah menghela nafas gusar. Pemandangan pertama yang didapatkan adalah Fara yang terlelap di atas tempat tidur tetapi dengan posisi duduk. Layar televisi dibiarkan menyala. Niat ingin mengembalikan mood istrinya pupus.

Andre menaruh buket bunga yang dibawa di atas nakas, mematikan televisi, dan barulah kini atensinya terpaku untuk Fara yang meskipun terlelap tetap terlihat cantik.

Tak payah dicaci-maki, bahkan Andre mengerti jika dia memang belum bisa menjadi suami yang baik. Melibatkan Fara dalam kisah masa lalu yang kembali menghantui sepertinya bukanlah hal yang tepat. Andre juga tidak mau Fara merasa tertekan. Ia dihadapkan pada keadaan yang membingungkan.

Satu sisi Fara istrinya sekarang, namun ada sisi lain yang membuatnya kembali terpesona oleh Jessie. Andre tahu ini salah, ia akan secepat mungkin sadar bahwa Fara lah yang saat ini lebih patut diperjuangkan.

Andre mencium kening sang puan dengan sayang, lalu mengelus perut Fara yang mulai tampak menonjol memasuki empat bulan kehamilan. Ia benar-benar menggunakan pergerakan yang pelan saat hendak merebahkan tubuh istrinya.

Kalau Fara sampai tidur dalam keadaan duduk seperti tadi dalam waktu lama, Andre hanya tak ingin jika Fara mengeluh sakit pinggang setelah ini. Kasihan, pikirnya.

Andre yang sedang menyibuki diri dengan kegiatan menarik selimut tidur supaya membungkus tubuh istrinya yang tidur seketika tersentak saat ada tangan lain yang mencekal lengannya. Ia menoleh, itu kelakuan Fara yang dipikirnya sudah hanyut jauh ke dalam dunia mimpi.

"Mas udah pulang? Kenapa gak langsung bangunin aku?"

"Kamu lebih baik tidur lagi ya, Ra."

Fara menggelengkan kepalanya. Kini merubah posisi jadi duduk seperti semula.

"Kalau aku tahu Mas Andre pulang lebih cepat kayak gini seharusnya udah aku siapin air hangat sama baju dari siang tadi. Di kampus lancar kan, Mas?" tanya Fara lembut serta penuh perhatian. Sudah jadi kebiasaan dirinya lah yang menyiapkan air mandi serta pakaian Andre jika pria itu akan pergi dan pulang kerja.

Tepat pukul tiga sore ini Andre sudah ada di rumahnya. Profesi menjadi dosen tak sampai membuat Andre pulang larut malam seperti pekerja kebanyakan. Akan tetapi, sesekali pulang terlambat jika diminta rekan lanjut menempati jam mengajar untuk kelas malam.

"Iya semua baik-baik aja kok Fara makanya saya pulang lebih cepat, semuanya udah beres. Kamu sendiri gimana? Di rumah enak-enak aja kan? Merasa bosan, enggak kan?" tanya Andre balik.

"Nggak kok, Mas Andre. Aku seneng aja di rumah kayak gini." Saat menjawab ekor mata Fara tak sengaja menangkap benda asing yang ada di kamarnya. Bunga mawar putih yang ada di nakas kecil sebelah ranjang mereka cukup membuatnya merasa tertarik, "Ini bunga siapa Mas?"

Andre terkesiap. Ia meraih bunga cantik itu. Meletakkan di atas paha Fara malah membuat sang puan terheran-heran sekarang.

"For you. Saya gak tahu harus apa biar kamu gak keliatan cuek lagi ke saya, saya iseng beli bunga ini buat kamu. Suka gak?" tanyanya yang nada bicara yang lirih terdengar.

My Everything✔️ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang