11 - Jawaban dan Tujuan

311 62 15
                                    

Smara sayang, maaf ibu pergi gak pamit langsung sama kamu. Ibu ada misi, ini dadakan. Ayah kamu lagi cuti, jadi kamu di rumah gak sendirian. Doain ibu semoga misi ibu kali ini berhasil. Sehat selalu nak.

Smara menatap sticky note yang masih terpasang di pintu kamarnya dengan tulisan ibunya yang tak berubah. Telinganya kembali mendengar kilasan suara Melvin kemarin.

"Dua minggu ke depan, Ayah janji bakal antar jemput kamu."

Smara menghela napas. "Kenapa gue masih berharap?"

Pandangan Smara beralih ke meja makan, kemarin di sana ada Melvin yang menyiapkan bubur. Tapi, sekarang sama sekali tak ada makanan di meja itu.

"Semua ayah itu tukang bohong atau cuma ayah gue doang, ya?" monolog Smara.

Smara berjalan mendekati pintu rumah, ia akan sarapan di sekolah saja. Pemandangan pertama yang Smara lihat ketika pintu terbuka adalah Melvin, ayahnya.

Melvin sedang ... memanjat pagar yang tergembok dengan satu tangan yang menggenggam kresek.

"Smara," panggil Melvin setelah menginjakkan kaki di pekarangan rumah. "Kamu belum sarapan, kan? Ayah udah beliin bubur."

Smara menatap datar ayahnya. "Ayah bisa manjat pagar ternyata. Kenapa waktu kemarin-kemarin Ayah gak manjat pagar aja terus dobrak pintu rumah biar bisa pulang? Gak usah alesan gak pulang karena pagar udah digembok."

"Kamu waktu itu udah tidur, Ayah gak mau bangunin kamu."

"Oh gitu. Terus, waktu itu sama kemarin, Ayah tidur dimana? Di rumah Ayah sama Zira, ya?"

Sejujurnya Melvin lelah. Kemarin ia harus menenangkan Zira yang tiba-tiba minta cerai dan sekarang ia harus berurusan dengan anaknya yang pandai bersilat lidah.

"Smara, sarapan dulu, ya." Melvin merangkul Smara mendekati meja makan.

Smara tersenyum licik, ia menerima sodoran bubur dari Melvin. "Ayah," panggilnya.

"Kenapa?" tanya Melvin.

"Ayah mau dengar cerita dari aku?"

Melvin mengangguk antusias, ia sampai menghentikan makannya agar mendengar cerita putrinya dengan saksama.

Smara memasukkan sesendok bubur ke dalam mulutnya dan mulai bercerita. "Aku punya teman perempuan, namanya Hazel."

Melvin menatap putrinya yang bercerita sambil memakan sarapannya.

"Dia kemarin dianterin sama ibunya, terus dikasih uang juga. Kata Hazel, ibunya janji bakal ngejemput setiap hari," lanjut Smara sambil meminum segelas air putih. "Tapi, kemarin ibunya Hazel gak ngejemput dia. Padahal ibunya Hazel udah janji. Menurut Ayah orang yang berjanji, tapi gak ditepati itu gimana?"

Melvin merapatkan bibir, diam dan akhirnya ia tersadar dengan perkataan putrinya itu. Ini kali kedua Smara menyindir dirinya setelah perihal rasa cokelat kesukaan Smara.

Smara menatap balik Melvin seperti musuh bubuyutan, sebelah sudut bibirnya terangkat culas. "Udah telat, Smara berangkat dulu. Gak usah dipikirin, Smara bisa cari jawabannya di google."

* * *

Sepertinya diperhatikan murid-murid SMP negeri yang berhamburan keluar sekolah akan menjadi hal yang biasa dirasakan Reon saat singgah di kawasan sekolah Smara.

"CEPET WOY! KEBURU HUJAN NIH! LELET BANGET! DUH TANTE NGAPAIN SIH SEBAR BROSUR DI GERBANG?! BIKIN MACET SAMA NYAMPAH TAU GAK?"

Satu lagi. Mungkin Reon akan terbiasa mendengar teriakan Smara setiap sekolah negeri ini bubaran karena gerbang sekolah selalu mengalami kemacetan setiap jam pulang sekolah.

HaplessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang