38 - Spring-Autumn

228 34 12
                                    

Pantas saja Zira berselingkuh dan ibunya juga mungkin turut terpesona kepada Gino.

Sama halnya dengan Smara yang terpesona ketika melihat Gino untuk pertama kalinya.

"Selamat tidur, Tuan Putri." Gino membungkus sebagian tubuh gadis itu dengan selimut.

Tuan putri.

Bahkan Smara sendiri tak mendapatkan julukan itu dari ayah kandungnya sendiri.

Smara tersenyum. "Reon pasti bangga punya ayah kayak Papi G."

Senyum Gino sedikit luntur. "Have nice dream, Princess."

Smara memejamkan mata. Terdiam cukup lama dengan kesadaran yang penuh.

Semua pertanyaan tiba-tiba bermunculan di otaknya.

Selalu seperti ini ketika ia sendirian.

Mata Smara kembali terbuka ketika Gino sudah menutup pintu kamar.

Smara sadar raut Gino selalu berubah ketika ia mengatakan nama Reon. Entah masalah apa yang sedang terjadi, ia belum mengetahuinya.

Apa ada kaitannya dengan dua amplop yang Smara baca di mobil Melvin?

Dua hasil tes DNA Reon yang berbeda?

Jadi, Reon sebenarnya anak siapa?

Gino atau Melvin?

Smara jadi teringat bentakan Zira yang mengatakan bahwa akta kelahiran Reon palsu. Zira berselingkuh dengan Gino, lalu wanita itu juga yang membohongi selingkuhannya.

Bahkan suaminya sendiri dibohongi oleh wanita itu.

Smara tak mengerti bagaimana pemikiran orang dewasa.

Smara menatap langit-langit kamar, samar-samar terdengar perbincangan Gino dan Alya.

Smara kira...

Dengan mengungkapkan perselingkuhan mereka, semuanya akan langsung selesai.

Smara kira...

Hidup berjalan sesuai logika.

Smara kira...

Jika perselingkuhan telah terjadi, maka bercerai adalah satu-satunya jalan keluar.

Suara ayahnya terdengar. Lalu, perbincangan singkat mereka bertiga larut dalam gendang telinga Smara.

Ini mungkin sudah ke sekian kalinya Melvin memergoki Gino yang ada di dalam rumah bersama ibu.

Mungkin ini juga yang menjadi salah satu faktor ayahnya belum mengabulkan impiannya, ibunya akhir-akhir ini dekat dengan Gino.

Smara mengerti kedekatan ibunya dengan Gino hanya sebuah hubungan kerja sama untuk menghancurkan pernikahan Melvin dan Zira, sama halnya dengan kerja sama yang dilakukannya dengan Reon waktu itu.

Tapi, apa ayahnya juga berpikiran yang sama seperti dirinya?

Entah sudah berapa kali Smara berpura-pura tidur, lalu mendengar ucapan orang yang sengaja berbicara di depannya.

Cukup lama Melvin membisikan salam perpisahan kepada Smara. Cuti ayahnya sudah selesai.

Ayahnya akan pergi lagi. Anehnya, mata Smara tak mau terbuka, mulutnya tak mau memprotes seperti biasa.

Ia merasa seperti baik-baik saja.

Seolah... kepergian ayahnya adalah sesuatu yang tak perlu dipikirkan.

HaplessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang