Kota bersejarah yang dijuluki Sang Mutiara dari Priangan Timur yang menjadi kota di mana Smara akan tinggal. Alya memperhatikan bangunan bertingkat dua bercat putih dan memiliki banyak kamar—kosan yang Alya sewa untuk Smara.
Pemilik kosan yang Alya ketahui namanya Azahra itu tersenyum. "Jadi, kalian pindahan dari Jakarta?" tanya wanita berumur tua itu.
Alya mengangguk. "Hanya putri saya yang akan tinggal di sini."
"Eh, Den. Itu siapa?"
"Nggak tau, mungkin penghuni baru kosan."
Alya menoleh ke arah gerbang kosan, terdapat dua remaja laki-laki dan perempuan. Terlihat seperti seumuran dengan Smara.
Wanita tua pemilik kosan berjalan mendekati dua remaja itu. "Raden, Genari. Kalian punya teman baru, namanya Smara, dia mulai sekarang tinggal di kosan," ujarnya, mengenalkan gadis yang sedari diam di samping Alya.
Gadis bernama Genari itu mengulurkan tangannya kepada Smara. "Hai, aku Genari. Ini Raden," ucapnya sambil menunjuk laki-laki di sampingnya dengan dagu.
Smara hanya menatap sekilas uluran tangan Genari, tersenyum masam.
"Salam kenal semuanya, saya ibunya Smara. Berteman baik dengan Smara, ya. Kami dari Jakarta." Alya menyapa mereka.
Genari mengangguk antusias. "Smara ikut aku sama Raden, yuk. Ada spot paling bagus, lho, di kosan ini. Kamu pasti suka," ujar gadis itu dengan semangat.
Wanita pemilik kosan mengajak Alya menjauhi ketiga remaja itu, agar mereka bisa saling kenal satu sama lain.
"Kita ke loteng kosan, yuk. Smara yuk, ikut."
Alya tersenyum, Smara sudah mendapatkan teman baru. Gadis bernama Genari terlihat periang.
"Buat apa gue ikut lo? Mau buat gue jadi nyamuk di antara kalian?"
Alya membiarkan pemilik kosan jalan terlebih dahulu, ia berbalik usai Smara berujar demikian kepada teman barunya.
Genari tampak mengerutkan alis. "Nyamuk?"
"Lo pacarnya dia, kan?" Smara menunjuk laki-laki yang baru saja menginjakkan anak tangga.
"Raden bukan pacar aku. Dia sahabat aku."
Smara kembali berdecih, kali ini ia terkekeh pelan dan hambar. "Sahabat?" ulangnya sinis.
Genari mengangguk.
"Emangnya ada persahabatan antara cewek dan cowok?" Smara memiringkan kepalanya, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Genari. "Mustahil," lanjutnya.
Alya mengernyitkan alis dengan sikap Smara kepada teman barunya itu. Mengapa putrinya menjadi sentimental hanya karena persahabatan dua remaja bernama Raden dan Genari itu?
Ponsel Alya bergetar berbarengan suara pemilik kosan memanggilnya. Alya menoleh ke Azahra, ia menunjukkan ponselnya mengisyaratkan ia akan menjawab telepon.
"Alya."
Gino memanggilnya melalui sambungan telepon. Tak biasanya pria itu memanggil nama aslinya.
"Ya?" balas Alya.
"Apa lokasi yang kamu share benar?"
"Iya, benar."
Helaan napas terdengar. "Bisa kamu ajak Smara keluar? Saya sudah di depan kosan."
Alya membulatkan mata, rupanya perkataan Gino tak main-main yang hendak menyusulnya. "Kenapa tidak Anda saja yang masuk ke sini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hapless
Teen FictionKomitmen adalah landasan penting yang harus dimiliki pasangan dalam menjalin hubungan. Bagi Smara hidup orang dewasa itu rumit dan banyak drama. Komitmen bukan landasan orang tuanya untuk menjalin hubungan, tapi kesalahan yang menjadi landasan mere...