Ruangan itu terkunci, tirai-tirai ditutup membuat ruangan itu menjadi remang. Tak biasanya ruangan kerja Gino seperti itu. Terlebih ia hanya bersama Alya di ruang itu. Mungkin, pegawai lain kini percaya dengan skandal di acara kemarin.
Alya melongo dengan kedua tangan di pingang. "Tidak ada tempat lain selain di sini?" tanyanya.
"Kamu bilang butuh ruangan tertutup yang ada papan tulisnya," ujar Gino sambil menunjuk papan tulis di sudut ruangan.
Alya melirik jendela yang kini tertutup tirai, terdengar bisik-bisik pegawai dari luar. "Ya, tapi tidak di ruang kerja Anda juga, apalagi ini di perusahaan. Anda bahkan belum klarifikasi siapa kita di media-media yang akhir-akhir ini sering masang wajah kita. Dan sekarang ...."
"Terus mau di mana, Lya? Mau di ruang rapat, biar sekalian pake proyektor?"
Alya menghela napas.
Gino tersenyum kecil dan mendekati wanita itu. "Semua orang punya mulut, mereka bebas ngomongin kita. Tapi, kita punya dua tangan buat nutupin kedua telinga kita dari omongan mereka. Jangan dengerin apa yang dikata orang."
"Saya tahu. Kita mulai diskusinya sekarang."
Gino mengangguk, ia duduk di sofa sambil memperhatikan Alya yang mulai membuka tutup spidol.
"Jadi, sekitar lima belas tahun yang lalu, Anda dan Zira berhubungan dan lahir Reon." Dalam papan tulis kaca itu, Alya menulis nama Zira dan Gino berdampingan. Lalu, digambar sebuah garis yang menghungkan dua nama itu.
"Sebentar, Lya," potong Gino ketika Alya hendak menulis nama Reon.
Gino berjalan ke meja kerjanya, tak lama tangannya membawa beberapa lembar foto. "Pakai foto biar simpel."
Alya duduk di bangku dekat papan tulis, ia menatap beberapa foto yang diberikan pria itu.
"Lya, liat sini." Gino berujar.
Alya menoleh dan di waktu yang sama terdengar jepretan kamera.
"Cuma foto kamu yang belum ada buat diskusi kita." Gino cepat-cepat berujar sebelum Alya siap memakinya.
Alya mulai menempeli foto-foto orang yang terlibat di diskusi mereka. Mulai dari foto Zira, Gino, Reon, Melvin, Smara dan dirinya sendiri-yang beruntungnya hasil potretan Gino bagus.
Alya menempelkan foto Melvin dan dirinya sederet, di bawahnya foto Smara. "Anda dapat foto Smara dari mana?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hapless
Teen FictionKomitmen adalah landasan penting yang harus dimiliki pasangan dalam menjalin hubungan. Bagi Smara hidup orang dewasa itu rumit dan banyak drama. Komitmen bukan landasan orang tuanya untuk menjalin hubungan, tapi kesalahan yang menjadi landasan mere...