Epilog

331 41 20
                                    

Dua tahun kemudian...

Seseorang pernah berkata padanya untuk tidak menunggunya karena ia tidak akan pernah kembali. Seseorang pernah berkata padannya untuk tidak merasa kehilangan ketika ia pergi. Seseorang pernah berkata padanya untuk hidup bahagia meskipun ia tidak ada lagi di sisinya.

Jepang sedang musim semi. Bunga-bunga sakura seperti salju yang berjatuhan dari langit.

Warna khas musim semi; pink muda. Lembut, indah, dan menenangkan.

Berbanding terbalik dengan warna pakaian yang dipakai oleh wanita yang sedang berdiri di bawah pohon sakura dan menatap danau yang dipenuhi bunga-bunga sakura. Hitam, kelam, dan mencolok.

Jika nanti ada suatu keajaiban... tolong cari aku di negeri sakura. Di negara impian kita, sekaligus the worst place for us.

"Keajaiban itu gak ada, ya, No?" tanya Alya lirih. Ia mengepulkan asap rokok dari mulutnya.

Alya berjanji untuk tidak menunggu Gino. Alya berjanji untuk tidak merasa kehilangan Gino. Alya berjanji untuk bahagia meskipun tanpa Gino.

Dunia barunya yang suram. Napas barunya yang berbau nikotin. Negara tempat hidupnya yang menjadi impian mereka sekaligus negara terburuk bagi mereka, nyatanya itu semua tidak bisa mengalihkan kesedihan Alya. Janji-janjinya kepada Gino sukar ia tepati.

Alya selalu menunggu Gino setiap detiknya. Alya selalu merasa kehilangan Gino setiap saat. Alya tidak bisa bahagia lagi tanpa Gino. Karena hanya ada satu pertanyaan di benaknya, yaitu bagaimana?

Bagaimana bisa ia tidak menunggu Gino, pria yang berhasil menaklukan kewaspadaannya hanya melalui tatapan mata.

Bagaimana bisa ia tidak merasa kehilangan Gino, pria yang setiap hari selalu ada untuknya.

Dan bagaimana bisa ia merasa bahagia ketika Gino pergi, sedangkan ia sendiri telah mengukir bahwa Gino adalah cinta terakhirnya yang abadi.

Sampai sekarang, Alya masih tak mau mengunjungi makam Gino. Karena ia selalu yakin Gino masih hidup.

Hidup dalam hatinya.

"Alya."

Parfum mint tercium, begitu menenangkan. Hanya ada satu pria yang Alya kenal dengan wangi mint itu. Wangi yang kontras dengan wangi bunga-bunga sakura.

Pria itu menemukannya.

Tak pernah garis bibir Alya melengkung ke atas semenjak Gino pergi. Tapi, kini Alya tak tanggung-tanggung menariknya ke atas.

Mata Alya yang biasanya menyorot dingin dan tajam, kini meleleh. Mata cokelat indah itu berbinar.

Alya membuang puntung rokoknya dan membalikkan badan, menatap pria yang memanggilnya tadi. Jantungnya langsung berhenti berdetak.

Pria itu menemukannya.

Bibir Alya bergetar dengan kaku ketika melihat siapa yang memanggilnya. "Melvin?"

Lengkungan di bibir Alya perlahan mendatar, matanya kembali bersorot dingin. Harapannya jatuh tanpa kendali.

Ada dua anak kecil di kiri kanan Melvin. Pria itu menggandeng anak kembarnya dan berjalan menghampiri Alya.

Air yang dibendung di mata Alya meleleh. Bagaimana bisa pria yang bukan ia tunggu justru datang ke negeri sakura?

"Al." Melvin memeluknya tanpa ada balasan dari wanita itu.

Alya menatap dua anak kembar Melvin. Mereka sedang mengutip bunga-bunga sakura di tanah. Alya memperhatikan mata dua anak itu. Biru bercampur abu. Perpaduan warna mata Zira dan Melvin.

HaplessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang