57 - They are Done

157 26 6
                                    

Melvin tak pernah sekalipun datang ke sidang perceraian.

Surat undangan berdatangan setiap minggunya ke rumah pria itu. Namun, tak sekalipun surat itu dibaca oleh sang penerima.

"Apa lebih baik ditunda saja? Tergugat mungkin sedang dinas di luar kota." Pengacara Zira memberi usulan. Mereka sudah menjalani sidang kedua tanpa kehadiran Melvin.

Zira menggeleng. "Dilanjutkan saja. Melvin ingin perceraian ini cepat selesai."

Di minggu-minggu berikutnya, Melvin juga tak datang di sidang perceraian mereka. Tak ada pengacaranya ataupun wakil yang menggantikan pria itu. Tak ada kabar apapun dari pria itu.

Perselingkuhan itu sudah terjadi belasan tahun yang lalu, Zira terlalu kuat untuk dikalahkan. Wanita itu memiliki banyak bukti yang tak bisa dielak.

Melvin mungkin tak memiliki alasan yang tepat untuk menyanggahnya atau sekadar mencoba untuk mempertahankan pernikahannya. Lagipula pria itu memang ingin bercerai.

Hakim mengetuk palu, sidang selesai. Zira dan Melvin resmi bercerai.

Hari itu juga Melvin tak hadir.

"Selamat." Pengacara menjabat tangan Zira.

"Terima kasih atas bantuannya." Zira tersenyum lega. Bebannya menghilang.

Setelah itu, Zira pergi ke kantornya. Berpamitan dan mengatakan bahwa ia dan Melvin resmi bercerai sehingga Zira tak memiliki wewenang untuk memimpin perusahaan milik mendiang ayah Melvin.

Media-media masa sedang bertubrukan dengan berita yang sedang hangat minggu ini. Kabar gembira dari pasangan Gino dan Alya yang sedang mempersiapkan resepsi pertunangan yang akan dilakukan besok, berbanding terbalik dengan kabar dari Zira dan Melvin yang diisukan resmi bercerai.

Usai berpamitan dari kantor, Zira mendatangi rumah Melvin untuk menjemput putranya karena hak asuk laki-laki itu jatuh ke tangannya.

"Ayah gak pernah pulang," sahut Reon. Laki-laki itu sudah mengemasi seluruh barangnya ke dalam koper.

"Ayah lagi dinas lagi, Bun?" tanya Reon. "Itu sebabnya ayah gak bisa datang ke persidangan?"

Zira mengendikkan bahu. "Dinas atau tidak, kami sudah sepakat bercerai dan melangsungkan persidangan. Itu risiko dia."

Zira menyuruh Reon keluar rumah, menunggunya di dalam mobil. Zira akan berkemas sebentar, masih ada sedikit barang yang harus ia kemas sebelum benar-benar pergi dari rumah Melvin.

Dinding dengan ratusan foto polaroid itu tak pernah berubah. Foto-foto Zira dan Melvin semasa remaja hingga ketika mereka menikah.

Semuanya sudah berakhir. Meski hanya ia yang menjadi saksi hubungan mereka benar-benar berakhir.

Satu-persatu foto-foto itu Zira cabut dan dikumpulkan di tempat sampah. Zira mengambil korek api dan menjatuhkan percikan apinya, melahap semua kenangannya dan Melvin. Foto pernikahannya yang dipasang besar juga telah ia hancurkan.

Segalanya yang berhubungan dengan Melvin telah ia singkirkan. Ia selesai dengan pria itu.

Zira menatap dirinya di cermin. Pucat. Tak ada air mata. Tak senang juga tak sedih.

Wanita itu membuka mantelnya. Orang-orang tak tahu di balik tubuhnya yang terbalut mantel tebal, ada perutnya yang mulai buncit.

Sudah tiga bulan. Zira mengelus perutnya, tak lama lagi orang-orang akan tahu ia sedang hamil. Terlebih ia hamil kembar, dua kali lebih besar dari hamil biasa.

"Ra?"

Suara itu menyedot seluruh tenaga Zira. Mata birunya memandang lurus ke pantulan cermin. Pemilik rumah datang, menatapnya kaget melalui cermin. Lebih kaget dari Zira.

HaplessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang